Sebelum itu, Menteri ESDM Arifin Tasrif menyampaikan penghargaan dan apresiasi kepada SKK Migas dan HCML yang telah bekerja keras mewujudkan proyek ini. Tentu banyak energi dan strategi yang harus dirumuskan ulang ketika mengelola proyek-proyek besar di tengah suasana pandemi dan kondisi global industri hulu migas yang sangat menantang.
“Hari ini kita bisa meresmikan dua proyek. Ini merupakan bukti bahwa pada akhirnya hasil tidak pernah mengkhianati usaha. Sekali lagi kami ucapkan selamat,” ungkapnya.
Arifin Tasrif menambahkan, konsumen gas terbesar dari dalam negeri masih berada di Pulau Jawa termasuk di Provinsi Jawa Timur. Para pembeli domestik ini sangat mengandalkan produksi-produksi dari lapangan-lapangan di Jawa Barat dan Jawa Timur.
Mengalirnya gas dari Lapangan MDA & MBH, lanjut Arifin Tasrif, menjadi angin segar bagi terpenuhinya suplai energi bagi industri di Jawa Timur.
Ia juga melihat permintaan gas akan semakin meningkat seiring dengan tekad Indonesia untuk beralih dari pembangkit listrik batubara serta berkembangnya industri-industri lain yang membutuhkan gas sebagai sumber energi.
“Untuk mengantisipasi hal ini, kami akan terus meng-update neraca gas nasional untuk memastikan keseimbangan supply-demand demi menjaga ketahanan energi serta swasembada energi untuk pembangunan nasional,” jelasnya.
Sejalan dengan Pemerintah
Sementara itu, GM HCML, Kang An mengungkapkan bahwa kapasitas produksi gas yang dihasilkan dari Lapangan MDA-MBH mencapai 120 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).
Saat awal, volume lifting gas mencapai 87 MMSCFD. Produk gas HCML dari Lapangan MDA-MBH di lepas pantai Kabupaten Sumenep dimanfaatkan oleh PT Petrokimia Gresik (PKG), perusahaan yang bergerak di bidang produksi pupuk pertanian dan beroperasi di wilayah Kabupaten Gresik.
"Gas itu dialirkan melalui East Java Gas Pipeline (EJGP)," terang Kang An.
Kang An melanjutkan, proses konstruksi pengerjaan Floating Production Unit (FPU) Trunojoyo 01 untuk lapangan ini memakan waktu 14 bulan mulai Juni 2021 dan selesai pada Agustus 2022. Pekerjaan engineering dilakukan di Indonesia dan pekerjaan konstruksi dilakukan di China, di monitor dan dikontrol dari Indonesia melalui teknologi komunikasi.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait