SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa bersama Menkopolhukam menghadiri haul ke-130 Syekh Nawawi Al-Bantani di Aula Pesantren An Nawawi yang juga merupakan kakek buyut Wakil Presiden (Wapres) KH. Ma'ruf Amin di Pesantren Tanara Jalan Kp. Kemuludan Kecamatan Tanara Kabupaten Serang, Banten.
Dalam kesempatan tersebut, orang nomor satu di Jatim tersebut mengajak semua masyarakat untuk meneladani sifat-sifat yang dimiliki oleh Syekh Nawawi Al Bantani. Menurut Khofifah, ulama kelas dunia asal Banten tersebut adalah sosok ulama yang nasionalismenya tinggi.
Ulama yang terlahir dengan nama Muhammad Nawawi ini sempat mengenyam pendidikan di Kota Makkah dan kembali ke Tanah Air untuk berdakwah mengobarkan perlawanan terhadap penjajah Belanda.
"Syekh Nawawi Al-Bantani ini ulama yang nasionalisme dan intelektualnya tinggi, pemikiran-pemikiran beliau juga memberikan pengaruh untuk perkembangan Islam di dunia, kiprah dan sifat-sifat beliau patut untuk kita teladani bersama," kata Khofifah usai menghadiri Haul Syekh Nawawi Al-Bantani, Sabtu (20/5/2023).
Kegigihan Syekh Nawawi melawan penjajah, lanjut Khofifah, membuat beliau mendapatkan tekanan, pembatasan ruang gerak dan pengusiran dari Belanda. Namun kegigihan beliau tidak berhenti sampai di situ.
"Beliau ini menyaksikan praktik-praktik ketidakadilan, kesewenang-wenangan, dan penindasan yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda terhadap rakyat Indonesia saat itu. Lalu beliau berdakwah untuk mengobarkan semangat melawan penjajah Belanda saat itu," sebutnya.
Menurut Khofifah, Syekh Nawawi kemudian kembali ke Mekkah untuk memperdalam ilmu dan memberikan pemahaman dan mengajarkan makna kemerdekaan, anti kolonialisme dan imperialisme kepada komunitas Al-Jawwi dengan cara yang halus. Komunitas Al-Jawwi sendiri merupakan kelompok masyarakat Nusantara yang belajar di Makkah.
"Yang dilakukan Syekh Nawawi Al-Bantani ini menjadi perhatian serius dari pemerintahan Belanda saat itu karena produktivitas komunitas Al-Jawwi untuk menghasilkan alumni-alumni yang memiliki integritas keilmuan agama dan jiwa nasionalisme, menjadi kekhawatiran tersendiri bagi Pemerintah Hindia Belanda," katanya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait