SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Pasien yang berobat atau dirawat di rumah sakit membutuhkan bed (ranjang) sebagai tempat bersandar dan berbaring dengan nyaman. Karena itulah hadir berbagai rancangan bed pasien dengan berbagai model termasuk yang otomatis.
Salah satu inovasi bed pasien otomatis itu datang dari tim Fakultas Teknik (FT), Universitas Negeri Surabaya (UNESA) yang terdiri dari Gibran Dzikri Nakhwa Rabbani, Bima Aditya, Umar Faruq Assyadillah, Gusti Rangga Abdillah, dan Anissa Dwi Lathifa. Tim ini dibimbing Dzulkiflih, S.Si., M.T., dan Agung Prijo Budijono, S.T., M.T.
Usut punya usut, Automatic Patient Bed itu berangkat dari pengalaman yang dirasakan salah satu anggota perancangnya. Dzulkiflih menceritakan bahwa dia memiliki salah satu keluarga yang menderita penyakit liver. Gejala penyakit ini seperti cepat kelelahan dan nyeri perut bagian atas yang membuat penderitanya tidak bisa banyak bergerak, susah bangun dan duduk.
Ketika di rumah sakit, perawatannya cukup susah ketika mau berbaring, duduk dan bangun. Karena ranjang pasiennya belum otomatis, sehingga terpaksa memakai cara manual bahkan menggunakan bantuan bantal.
“Selain keluarga saya itu, tentu banyak pasien yang merasakan hal yang sama. Nah, dari situlah saya dan teman-teman membuat bed pasien yang lebih nyaman dan praktis alias otomatis. Dengan memencet remote saja, kasus bisa diatur sesuai kebutuhan baik itu tingkat ketinggian maupun kemiringannya," ucapnya kemarin (Sabtu, 3/6/2023).
Dosen FT ini menjelaskan, bed pasien karya mereka dilengkapi dengan berbagai fitur. Pertama, fitur side tilting atau kemiringan kasur dapat diatur hingga 45 derajat ke kanan dan ke kiri. Kedua, fitur headrest yang bisa mengatur kemiringan sandaran kepala hingga 70 derajat ke atas dari posisi datar.
Ketiga, fitur foot rest untuk menaik turunkan permukaan matras untuk kaki hingga 20 cm ke atas dan 15 cm ke bawah. Keempat, fitur open duty untuk membuka akses pintu pembuangan kotoran yang ada di bawah matras.
Kasur ini juga menggunakan tiga motor linier sebagai penggerak yang diklaim mampu dengan beban hingga 150 kg. “Semua mekanisme gerak ini bisa menggunakan remote, baik secara kabel maupun wireless mengikuti dari kebutuhan instansi kesehatan,” tambahnya.
Agung menambahkan, inovasi itu memakan waktu pengerjaan selama 4 bulan. Ada 5 unit yang telah diproduksi yang bekerja sama dengan CV Cahaya Berkah Gusti skema Kedaireka. Dia menyebut kasur ini telah memakai kualitas dengan standar kesehatan, bahkan cat yang digunakan juga khusus. “Kasur ini juga bisa dipasangkan baterai atau aki, sehingga gangguan listrik bisa diminimalisir,” ungkapnya.
Dosen teknik mesin juga menyebut pada pembuatan kasur ini juga harus mengimpor beberapa bahan dari luar negeri. Kasur ini, tambahnya, merupakan pembaharuan dari versi yang pertama yang awalnya hanya 2 unit saja yang kemudian dikembangkan lagi fitur dan mekanismenya.
Saat ini, dia dan tim sedang berfokus pada proses pemasaran dan sedang menjalankan beberapa kerja sama dengan beberapa instansi kesehatan di Surabaya dan Sidoarjo terkait penambahan fitur. Ke depannya ia dapat mengoptimalisasikan pada roda kasur yang dibuat agar memudahkan pergerakan kasur agar lebih mudah dijalankan dengan pola troli supermarket.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait