Dengan memahami teknologi kecerdasan buatan, kata Suhartatik, akan terbangun komunikasi interpersonal yang memadukan teknologi dengan pengalaman sehari-hari, sehingga akan nyambung.
"Tugas guru selain memahami AI harus bisa mengembangkan konteks dengan baik. Kalau bisa jadi mentor atau pembimbing sehingga bisa menggunakan teknologi dan informasi (TI) dengan positif," ujarnya.
Menurut dia, harus ada penanaman karakter penggunaan TI dari guru, sehingga anak-anak tidak terpengaruh hal-hal negatif. Juga harus ada filter dan pengawasan.
"Tidak hanya pengawas atau pembimbing, guru saat ini harus jadi fasilitator untuk peserta didik, sehingga tidak mendominasi tapi merangsang peserta didik menggunakan IT dengan baik, mengadakan kolaborasi dengan baik," katanya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait