MALANG, iNewsSurabaya.id - Meskipun Indonesia adalah negara maritim, sayangnya tingkat kesejahteraan nelayan Indonesia saat ini masih sangat memprihatinkan.
Permasalahan mendasar yang dihadapi adalah menurunnya kualitas hasil tangkapan ikan nelayan tradisional, sehingga mereka tidak dapat bersaing dengan nelayan yang menggunakan peralatan modern. Akibatnya, nelayan terpaksa menjual ikan hasil tangkapan mereka dengan harga murah kepada tengkulak.
Pakar Perikanan dan Kelautan, Prof. Ir. Moch Sudjana, PhD, mengungkapkan bahwa masalah ini terkait dengan minimnya tempat penyimpanan ikan yang disebut cold storage. Saat ini, pendingin atau chilling menjadi satu-satunya cara untuk menjaga kesegaran ikan, namun alat ini hanya dapat digunakan oleh kapal-kapal besar. Nelayan dengan kapal kecil menghadapi kesulitan dalam mengakses chilling dan juga secara finansial.
Sudjana menilai masalah yang dihadapi oleh nelayan sangat serius, meskipun pulau-pulau kecil di Indonesia memiliki potensi jumlah ikan yang besar, ikan tersebut tidak dapat dijual ke kota-kota besar karena mutunya menurun.
Untuk mengatasi masalah ini, Sudjana mengusulkan solusi berupa penggunaan Atmatsya, sebuah pengawet alami yang dapat digunakan oleh nelayan untuk menjaga mutu ikan hasil tangkapan mereka. Atmatsya terbuat dari bahan alami tanpa campuran bahan kimia berbahaya seperti borak dan formalin yang membahayakan kesehatan manusia.
Atmatsya digunakan sebagai bumbu penyegar yang dapat menjaga kesegaran ikan dalam jangka waktu yang lebih lama dibandingkan dengan tidak menggunakan formalin dan borak. Biasanya, setelah dua jam ikan ditangkap, mutunya akan menurun, dan ikan yang sudah ditangkap hanya bisa bertahan selama 1-2 hari.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait