Rochmah menjelaskan bahwa sebagian besar santri adalah pelajar sekolah. Dan sebagian lagi adalah pelajar yang telah lulus sekolah yang mengkhususkan diri menjadi santri. Menariknya, dari total 100 santri, sebanyak 50% santri berada pada usia produktif yang berasal dari lingkungan sekitar ponpes.
"Santri pondok pesantren inilah yang akan menjadi ujung tombak, contoh dan motivator," tutur Rochmah.
Ia mengungkapkan, masyarakat kecamatan Prambon kebanyakan memperoleh pendidikan melalui pesantren. Sehingga para santri masih perlu pembinaan lebih lanjut guna peningkatan pengetahuan dan kemampuan.
"Sampai saat ini pesantren masih perlu mengembangkan potensinya untuk lebih berkembang lagi. Untuk mengembangkan potensinya, pesantren pada saat ini masih didukung oleh para donator, akan tetapi dukungan tersebut masih belum mencukupi untuk mendanai biaya operasional dan pengembangan pondok pesantren," terangnya.
Rochmah bilang, dalam konteks kontestasi ekonomi global, hadirnya komunitas ekonomi pesantren yang mandiri akan menjadi modal sosial dan inspirasi umat agar ekonomi masyarakat lokal tidak kalah dan tergeser oleh pemain global.
"Pesantren dengan masyarakatnya mempunyai peluang untuk mewujudkan hal tersebut," tegasnya.
Menurut dia, untuk mewujudkan kemandirian ekonomi pesantren, sekalipun fungsi pesantren sebagai pemberdaya sosial belum diatur lebih lanjut, namun berbagai terobosan mulai bergulir.
"Pesantren harus mulai membangun kekuatan ekonomi, sebagai penopang dan sekaligus menjadi motor pemberdayaan ekonomi," tegasnya.
Berdasar data pemetaan pesantren dari Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan terdapat ada empat tipologi ekonomi pesantren berdasarkan jumlah usaha. Pertama, pesantren yang memiliki lebih dari lima unit usaha ekonomi (5%).
Kedua, pesantren dengan 3 - 5 unit usaha (26%). Ketiga, pesantren yang hanya punya 1-2 unit usaha (54%). Keempat, pesantren yang belum memiliki unit usaha (15%). Data ini menunjukkan bahwa kebanyakan pesantren, yaitu 85 % pesantren sudah memiliki unit usaha.
Kegiatan pelatihan yang digelar oleh tim PKM FK Unair ini sangat dirasakan manfaatnya bagi peserta dan pondok pesantren, sebagai langkah untuk mendapatkan sumber pendanaan untuk operasional pondok pesantren.
Beberapa santri pondok pesantren sangat berharap adanya pendampingan berkesinambungan untuk mendukung terciptanya usaha serbuk herbal di Pondok Pesantren Nurul Huda Sidoarjo.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait