2. Masih Terbatasnya Kemampuan Berkomunikasi Anak Usia Dini
Selain karena masih terbatasnya kemampuan mengelola emosi dan kontrol diri, amarah yang ditunjukkan secara meledak-ledak menjadi sebuah cara mengekspresikan diri karena masih terbatasnya kemampuan komunikasi anak usia dini.
“Sehubungan dengan belum matangnya kemampuan komunikasi mereka selain kontrol diri, anak-anak usia dini cenderung mengeluarkan rasa marah dengan cara yang meledak-ledak atau tantrum. Menangis, berteriak, berguling-guling, atau melempar barang adalah caranya berkata ‘’aku marah!’’. Masih belum optimalnya kemampuan-kemampuan anak usia dini dalam hal ini memengaruhi bagaimana anak merespon pada hal-hal yang membuatnya frustasi” jelasnya.
3. Tempramen Bawaan Lahir
Kondisi ketiga yang membuat anak-anak usia dini mudah marah meledak-ledak adalah tempramen bawaan lahir. Tempramen bawaan lahir ini, menurut Putri, adalah sebuah kondisi bawaan lahir yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan/atau budaya.
4. Mencontohkan Perilaku Orang Terdekatnya
Anak usia dini adalah peniru ulung dan pengamat sejati yang mudah mengikuti perilaku yang dilakukan oleh orang terdekatnya, misalnya lingkungan keluarga. Putri menyebutkan bahwa mencontohkan perilaku orang terdekatnya saat marah dapat menjadi salah satu bentuk momen copy-paste yang diterapkan anak.
5. Gangguan Perilaku dan Emosi Sejak Dini
Kondisi terakhir yang dapat menjadi penyebab anak mudah marah secara tiba-tiba dan meledak-ledak adalah gangguan perilaku dan emosi sejak dini.
“Memiliki gangguan perilaku dan emosi merupakan sebuah kondisi yang membuat anak mudah marah sulit menahan emosi. Apabila intensitas kemarahan anak sudah terasa tidak wajar (terlalu sering atau terlalu agresif), maka orang tua harus berkonsultasi ke pihak ahli, seperti psikolog atau terapis,” tukasnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait