Manajer Regional Engagement & Sustainability Baktiar Nur Makmura, dalam sambutannya sebagai perwakilan dari Sampoerna untuk Indonesia mengatakan, program ini memberikan kesempatan bagi 200 Desa Wisata peserta untuk dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dari Desa. Nantinya akan ada 4 desa wisata terbaik yang akan mendapatkan support facility.
Pelatihan dan pendampingan Desa Wisata ini, kata dia, tidak hanya bermanfaat bagi BUM Desanya, tapi juga pelaku UMKM Mikro di sekitarnya. “Program ini merupakan kolaborasi antara Sampoerna dan KIP Foundation dengan Pemerintah Provinsi Jatim dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dari desa,” ucapnya.
Kegiatan Workshop Program Rembuk Nyekrup dibuka langsung oleh Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Jatim Budi Sarwoto. Budi mengatakan, Jatim menjadi provinsi tertinggi dalam kategori Desa mandiri se-Indonesia yakni mencapai 2.800 desa mandiri atau setara 24,44% dari keseluruhan. “Jatim penyumbang perekonomian terbesar kedua di pulau Jawa dengan kontribusi sebesar 24,99%,” katanya.
Direktur Program, Nova Hariyanto, tahun ini Mitra Klinik BUMDesa berupaya menggali potensi Desa Wisata di Jatim dengan fokus program prioritas Pemerintah Provinsi Jatim, yaitu Program “Dewi Cemara” (Desa Wisata Cerdas, Mandiri dan Sejahtera).
Nova menjelaskan tren pertumbuhan Desa Wisata Jatim berkembang secara signifikan. Pada tahun 2022, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jatim mencatat bahwa terdapat 596 desa wisata yang tersebar dari Kabupaten Pacitan hingga Kabupaten Banyuwangi.
“Program pendampingan desa wisata tahun ini difokuskan pada pengembangan ekonomi kreatif dan komunitas atau community based tourism (CBT). Ini merupakan pendekatan pariwisata yang melibatkan aktivitas partisipatif dan tanggung jawab dari komunitas lokal dalam pengelolaan, pengembangan, dan pemasaran destinasi wisata,” tandasnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait