Tak hanya itu, peserta juga berziarah ke makam KH Mas Alwi bin Abdul Aziz di Pemakaman Rangkah, pencetus nama Nahdlatul Ulama. Makam ini berdekatan dengan makam WR Soepratman, pencipta lagu "Indonesia Raya."
Perjalanan ziarah berlanjut ke makam KH Ahmad Dahlan Akhyad di Pemakaman Pegirian, salah satu pendiri Tashwirul Afkar dan Wakil Rais NU yang berdampingan dengan Hadlratusy Syaikh KH Hasyim Asy'ari.
Puncak acara berlangsung di Monumen Resolusi Jihad NU, yang juga merupakan bekas kantor PBNU pada masa perjuangan kemerdekaan. Di sini, peserta disuguhkan orasi kebangsaan yang disampaikan oleh Riadi Ngasinan, sejarawan NU sekaligus penulis buku "Resolusi Jihad NU, Perang Sabil di Surabaya 1945."
Riadi mengungkapkan hubungan erat antara Fatwa Jihad dari KH Hasyim Asy’ari yang memicu Resolusi Jihad NU dan heroisme Pertempuran 10 November 1945.
"Pidato Bung Tomo yang penuh semangat selalu dimulai dengan basmalah dan diakhiri dengan takbir, sebuah warisan dari doa para ulama pejuang kemerdekaan kita," ungkap Riadi, memberikan wawasan baru kepada para peserta.
Selain Napak Tilas Pejuang dan Ziarah Muassis NU, PCNU Kota Surabaya juga telah menyiapkan serangkaian kegiatan lain untuk memeriahkan Hari Santri Nasional pada 22 Oktober 2024. Agenda tersebut mencakup drama kolosal Resolusi Jihad di Tugu Pahlawan serta Istighosah dan doa bersama untuk para syuhada dan mujahid yang gugur demi kemerdekaan Indonesia.
“Kami bersyukur mendapat dukungan penuh dari Pemkot Surabaya, PBNU, dan PWNU Jatim. Semua kegiatan ini menguatkan kehadiran NU di Kota Pahlawan, kota yang menjadi saksi lahirnya Nahdlatul Ulama,” pungkas H Masduki Toha dengan bangga.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait