Pengelolaan HIPPAM Sumber Barokah tidak hanya dikembangkan untuk kegiatan domestik, tetapi juga sudah dikembangkan untuk kegiatan usaha bagi masyarakat setempat, baik itu untuk olahan makanan hingga usaha air galon isi ulang.
PHE WMO mulai melakukan pemetaan potensi maupun tantangannya. Mulai dari Pemetaan Lahan Pertanian, Memahami Kondisi Lahan Kering serta tanaman yang bisa tumbuh dipermukaan tanah kering hingga menentukan 8 titik sumber air yang bisa digunakan.
Melalui berbagai macam pemetaan lingkungan dan demografi masyarakat ditetapkanlah aplikasi model pertanian regeneratif berbasis teknologi tepat guna sebagai upaya rehabilitasi lahan kritis di Bandangdaja.
Pengelolaan program ini dilakukan bersama dengan Kelompok Tani Bumi Sentosa Sejahtera sebanyak 15 orang dengan memanfaatkan 1ha area demplot pertanian atau kebun percontohan. Sebagai upaya memanfaatkan sumber air untuk pertanian secara bijak dilakukanlah instalasi sistem irigasi tetes dan pengolahan lahan menggunakan serabut kelapa untuk membantu penghematan air.
Serabut kelapa ini sebelumnya dibuang dan dibakar, tetapi sekarang menjadi media tanam sehingga air tidak ngerembes dan tidak menguap.
Selain pengolahan lahannya, dalam proses perawatan tanaman, kelompok juga melakukannya secara organik. Desa Bandangdaja yang hampir 80% penduduknya memiliki hewan ternak memiliki masalah banyaknya kotoran hewan yang tidak dioptimalkan sehingga menjadi pencemaran udara.
Selanjutnya PHE WMO melakukan kegiatan pelatihan kepada kelompok untuk membuat produk penunjang pertanian dari limbah mulai dari kompos, pupuk organic cair (POC) dan mikroorganisme lokal (MOL). Dengan adanya produk penunjang pertanian mampu mencegah atau mengurangi potensi gagal panen.
Adapun tanaman yang dibudidayakan adalah 11 Varietas Tanaman mulai dari cabe colombus, bunga kol, tomat, sawi, semangka, blewah serta melon. Budidaya melon juga dilakukan dengan sistem Machida, 1 tanaman bisa menghasilkan hingga 15-20 buah.
Selain itu, terdapat teknologi yang diterapkan untuk menunjang pertanian di Eco Edufarming Bandangdaja, yakni rain harvesting (pemanenan air hujan). Ini merupakan metode untuk mengumpulkan dan menyimpan air hujan yang berasal dari atap bangunan atau permukaan lain dan juga dari embun. Selain itu terdapat atmosfering rain harvesting dimana metode untuk mengumpulkan air dari kelembapan suhu suatu permukaan.
Tidak hanya itu, terdapat juga teknologi Soil Nutrient Sensor untuk mengetahui unsur kesuburan tanah, sehingga dapat diketahui treatment yang sesuai dengan unsur tanah tersebut. Serta teknologi energi terbarukan untuk mendorong kinerja pompa air yang digunakan untuk irigasi pertanian.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait