BANGKALAN, iNewsSurabaya.id - Program Eco Edufarming yang dihembuskan PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO), bagian dari Zona 11 Regional Indonesia Timur, Subholding Upstream Pertamina di Desa Bandangdaja, Bangkalan, Madura, Jawa Timur, makin cuan.
Inovasi sosial berupa program yang mengaplikasikan pertanian regeneratif berbasis teknologi tepat guna sebagai upaya rehabilitasi lahan kritis itupun berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Petani setempat bahkan berhasil panen raya buah melon dan semangka.
Ketua Kelompok Tani Bumi Sentosa Sejahtera Achmad Marnawi mengatakan, tipekal tanah di desanya gersang dan tidak bisa ditanami. Sehingga banyak warga yang terpaksa merantau ke luar Madura. Namun, berkat sentuhan PHE WMO melalui program Eco Edufarming akhirnya gairah para petani meningkat. Bahkan sebagian petani dari desa lain juga mulai belajar menanam di lahan kering.
“Kini berkat suksesnya program Eco Edufarming Bandangdajah membuat Desa Bandangdaja dan enam desa sekitar bisa mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan sehat dan organik, tentunya dengan harga yang bersaing,” katanya disela-sela panen raya program Eco Edufarming Bandangdaja, Selasa (15/10/2024).
Dalam satu demplot Eco Edufarming, Kelompok Tani Bumi Sentosa Sejahtera bisa memanen sekitar 5 ton buah. Di Bandangdaja sendiri ada beberapa demplot yang ditanami beragam buah dan sayur. Seperti semangka, melon, lombok, hingga tomat.
"Alhamdulillah penghasilan dari program ini lumayan besar. Cukup untuk kehidupan sehari-hari dan sekarang banyak yang mulai bertani di lahan masing-masing," ucap Achmad Marnawi.
Sebagaimana diketahui, kawasan pesisir biasanya memiliki kandungan bahan organik yang rendah dan struktur tanah yang kurang baik, sehingga kurang mampu mendukung pertumbuhan tanaman. Secara sosial, perlunya peningkatan kapasitas masyarakat di pesisir dalam mengoptimalkan SDA khususnya lahan kering yang selama ini tidak termanfaatkan.
Demikian halnya yang terjadi di warga Desa Bandangdajah, Kec. Tanjungbumi, Kab. Bangkalan. Masyarakat desa lebih memilih merantau karena lebih menjanjikan, padahal terdapat potensi air tanah untuk pertanian holtikultura yang belum termanfaatkan secara optimal.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait