Dikutip dari buku Sarwo Edhie dan Misteri 1965, Letnan Jenderal (Purnawirawan) Rais Abin, rekan Sarwo sesama perwira di pelatihan di Australia, menceritakan kembali percakapannya dengan Sarwo Edhie hari itu.
"Saya masih ingat. Isi suratnya menyampaikan ketidaksenangan Benny soal situasi di RPKAD di bawah pimpinan Mung,” ujar Rais.
Di kesatuan TNI tidak semulus yang dibayangkan. Banyak persaingan-persaingan muncul antar pasukan
Sarwo baru saja pulang dari The Australian Army's Staff College di Australia. Lalu, ia mengajak Rais untuk mendatangi Letnan Jenderal Ahmad Yani di kediamannya di Menteng. Sarwo mencerita kan persoalan itu dengan sangat rinci.
"Sarwo, kamu bereskanlah itu RPKAD," perintah Yani, yang saat itu menjabat Menteri/ Panglima Angkatan Darat.
Saat itu, Resimen berada di bawah komando Kolonel Mung Parhadimulyo. Mung dikenal sebagai perwira yang keras wataknya. Ia berseteru dengan Benny, bawahannya. Konflik mencuat gara-gara urusan uang.
Mung memprotes kepada Yani karena Benny dan Detasemen Pasukan Khusus dibekali gulden saat operasi pembebasan Irian Barat. Saat memimpin konfrontasi dengan Malaysia, Benny mengantongi dolar Amerika. Mung mendesak agar dia ikut mengontrol uang berjumlah besar itu. Tapi Benny menolak.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait