Perseteruan memuncak ketika Benny memberikan kompensasi kepada prajurit yang tewas atau cacat seusai operasi Irian Barat. Salah satu korbannya adalah Letnan Agus Hernoto, yang kehilangan kaki. Meski cacat, Agus diberi pekerjaan administratif di Resimen.
Tidak suka terhadap kebijakan Benny, Mung memukul balik. Dalam rapat perwira pertengahan Desember 1964, dia memerintahkan semua prajurit cacat dikeluarkan dari Resimen.
Di kesatuan TNI tidak semulus yang dibayangkan. Banyak persaingan-persaingan muncul antar pasukan
Benny sangat marah. Dia mengkritik keputusan sang Kolonel secara terbuka. Setelah rapat itu. Benny meninggalkan Jakarta untuk berbulan madu dengan istrinya, Hartini. Mung marah terhadap tindakannya itu, tapi ia tidak memberikan sanksi.
Sebetulnya, Yani tidak heran terhadap laporan Sarwo, sebab Benny pernah berkeluh-kesah kepadanya. Waktu itu, Yani bertanya siapa perwira yang cocok menggantikan Mung karena ada dua letnan kolonel di Resimen, yaitu Sarwo Edhie Wibowo dan Widjojo Soejono. Benny memilih Widjojo. "Saya lebih enak berhubungan dengan Pak Jono," kata Benny.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait