Langkah-langkah perbaikan dari Kementerian Agama Republik Indonesia, menurutnya, menjadi bukti komitmen untuk memberikan pelayanan terbaik bagi tamu-tamu Allah SWT.
Meski sempat menghadapi keterbatasan logistik, seperti tidak mendapatkan nasi pada waktu tertentu, Umi tidak melihatnya sebagai keluhan besar. Sebaliknya, ia menyoroti kuatnya solidaritas antarjamaah haji Indonesia yang begitu terasa di Tanah Suci.
“Kita di sini seperti saudara. Meski sempat tidak mendapatkan nasi, kita sudah sedia Pop Mie. Jadi, kita tetap bisa makan bersama. Rasanya malah lebih akrab,” kenangnya sambil tersenyum.
Kondisi ini menunjukkan bahwa semangat gotong royong dan kekeluargaan masih menjadi kekuatan utama dalam menghadapi dinamika selama pelaksanaan ibadah haji.
Pengalaman Umi Mubarokah menjadi gambaran nyata bahwa meskipun banyak perbaikan dilakukan, pelaksanaan haji tetap membutuhkan evaluasi dan peningkatan berkelanjutan. Beberapa poin penting yang dapat dijadikan catatan adalah:
- Pemisahan tempat tinggal antar anggota keluarga harus dihindari jika memungkinkan, untuk menjaga kenyamanan psikologis jamaah.
- Koordinasi logistik makanan dan penginapan perlu ditingkatkan agar tidak terjadi kekurangan konsumsi, terutama bagi jamaah lanjut usia.
- Peningkatan kualitas komunikasi antarjamaah dan petugas sangat krusial untuk menjaga kelancaran ibadah.
Pelaksanaan ibadah haji tidak hanya tentang menjalankan rukun-rukun ibadah, tetapi juga menjadi ujian mental, emosional, dan spiritual bagi setiap jamaah. Meskipun masih menghadapi tantangan, semangat kebersamaan dan kesabaran menjadi nilai utama yang ditunjukkan oleh jamaah asal Indonesia seperti Umi Mubarokah. Diharapkan ke depan, pemerintah dan pihak terkait semakin meningkatkan kualitas pelayanan demi terciptanya pelaksanaan ibadah haji yang lebih baik, nyaman, dan khusyuk bagi seluruh umat Muslim
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
