Pemkot Surabaya menargetkan JPO baru ini menjadi salah satu daya tarik baru yang menghidupkan kawasan Tunjungan, yang sudah dikenal sebagai pusat wisata belanja dan heritage.
“Kalau JPO baru ini sudah jadi, harapannya Jalan Tunjungan makin ramai dan banyak spot foto menarik,” kata Eri.
Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Surabaya, Wiwiek Widayati, mengungkapkan bahwa keputusan pembongkaran bukan diambil secara mendadak.
Menurutnya, kajian dari tim independen awal tahun 2025 menemukan beberapa bagian jembatan sudah runtuh dan bentangannya rapuh sehingga dinilai berisiko bagi keselamatan pengguna.
“Hasil kajian jelas, ada bagian yang rapuh dan harus segera diselamatkan. Karena itu, pembongkaran dan pembangunan ulang adalah langkah terbaik,” ungkap Wiwiek.
Pemkot menargetkan pembangunan selesai pada Desember 2025 sehingga dapat digunakan masyarakat pada awal 2026. Proses pembangunan akan melibatkan investor melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).
“Nanti kita tawarkan ke pihak yang mau CSR untuk membangun jembatan ini,” jelas Wiwiek.
Meski desainnya akan dibuat lebih estetik dan terbuka, fungsi utama tetap sama, yaitu menghubungkan Siola dengan Jalan Tanjung Anom.
“Kami memastikan pembangunan tidak akan mengganggu aktivitas warga karena sudah ada penyesuaian jadwal kerja,” pungkasnya.
Dengan konsep modern terbuka, JPO Siola baru diharapkan menjadi ikon baru Surabaya, tidak hanya memudahkan penyeberangan, tetapi juga menambah destinasi swafoto yang instagramable di jantung kota.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
