Groginya pun semakin menjadi. Apalagi Ibu Tien melihatnya dari bawah sampai atas yang membuat mentalnya runtuh. Wismoyo pun menjadi salah tingkah. "Wong lanang kok ingah ingih (lelaki kok tersipu-sipu)," kata Ibu Tien disambut senyuman khas Pak Harto.
Sementara Wismoyo hanya menunduk tak mampu berkata apa-apa. "Aku mbiyen yo ingah ingih," kata Soeharto memecahkan ketegangan suasana sambil teringat saat meminang Ibu Tien.
Peristiwa Malari (Malapetaka Limabelas Januari) yang terjadi pada 1974 menjadi awal mula kedekatan Jenderal (Purn) Wismoyo Arismunandar dengan Presiden Soeharto.
Mendengar hal itu, suasana kembali cair. Mental Wismoyo pun kembali. Ia pun mengutarakan maksud kedatangannya untuk melamar Datit Siti Hardjanti dan diterima. Wismoyo dan Datit kemudian membina rumah tangga yang harmonis
Peristiwa itu sangat membekas di hati Wismoyo. Menurut Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) periode 1993-1995 ini, Soeharto memberikan contoh bahwa pemimpin harus berani menyelamatkan bawahannya untuk tujuan yang baik.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait