Sementara itu, kategori bapak-bapak menampilkan lomba estafet bola yang membutuhkan konsentrasi tinggi. Setiap tim terdiri dari enam orang yang harus membawa bola dari garis start ke finish tanpa menjatuhkannya. "Lomba ini butuh fokus dan kekompakan. Banyak peserta yang gugup, tapi itulah serunya," tambah Aziz.
Foto: Aziz
Untuk kategori ibu-ibu, lomba menghias tumpeng menjadi daya tarik tersendiri. Setiap tim beranggotakan empat orang diberi waktu dua jam untuk menghias tumpeng sekreatif mungkin. Hasil karya mereka kemudian dinilai oleh juri sebelum pengumuman pemenang.
Aziz mengaku bangga melihat antusiasme warga yang tinggi meski lomba bersifat sederhana. "Ini bukan soal hadiahnya, tapi bagaimana semangat kebersamaan bisa hidup lagi di lingkungan kita," katanya.
Acara ditutup sekitar pukul 17.00 WIB dengan pembagian hadiah untuk para pemenang di setiap kategori. Meski melelahkan, pengalaman menjadi panitia memberikan pelajaran berharga bagi Aziz tentang kerja sama tim dan tanggung jawab sosial.
Perayaan semacam ini, menurut Aziz, penting untuk terus dilestarikan sebagai pengingat nilai persatuan di tengah kehidupan modern yang cenderung individualistis. "Semoga tahun depan kami bisa mengadakan yang lebih baik lagi, melibatkan lebih banyak warga," harapnya.
Penulis: Aziz Vicki Fauzi (Mahasiswa Prodi Vokasi UNAIR Surabaya)
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
