SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Suroboyo Bus yang beroperasi sejak 2018 dengan sistem pembayaran botol plastik bekas sempat menjadi ikon inovasi transportasi Surabaya. Namun setelah berjalan beberapa tahun, moda transportasi umum ini masih menghadapi sejumlah kendala mulai dari minimnya armada, perilaku pengemudi yang tidak aman, hingga fasilitas halte yang belum memadai.
Saat ini Suroboyo Bus melayani tiga rute utama di Surabaya. Rute R1/R2 menghubungkan Terminal Purabaya dengan Pelabuhan Tanjung Perak melalui Rajawali, Jembatan Merah, Tugu Pahlawan, Alun-Alun Contong, Siola, hingga Tunjungan. Sementara rute R4 melayani akses dari Terminal Purabaya menuju kampus-kampus besar seperti Universitas Airlangga Kampus C, ITS, dan PENS.
Meski cakupan rute cukup strategis, kondisi halte dinilai masih minim. "Banyak halte hanya berupa bus stop tanpa peneduh dan penerangan memadai, sehingga calon penumpang merasa kurang aman saat menunggu," tulis Intan Fitria Itsnaini.
Sistem Pembayaran Non-Tunai dan Tarif Terjangkau
Suroboyo Bus menerapkan sistem pembayaran non-tunai menggunakan QRIS atau e-money seperti Mandiri e-Money, BRI BRIZZI, dan BCA Flazz. Tarif ditetapkan Rp2.500 untuk pelajar dan mahasiswa dengan menunjukkan kartu identitas, serta Rp5.000 untuk penumpang umum. Lansia, penyandang disabilitas, dan anak di bawah lima tahun dapat naik secara gratis.
Di dalam bus tersedia fasilitas seperti AC, CCTV, kursi prioritas, area khusus penyandang disabilitas, pegangan keamanan, TV digital penunjuk rute, hingga alat pemecah kaca darurat.
"Namun kenyamanan tersebut belum sepenuhnya sebanding dengan pengalaman pengguna di lapangan, karena kondisi dan jumlah armada tidak selalu konsisten," ungkap Intan.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
