SURABAYA, iNews.id - Ketua Satgas Waspada Investasi, Tongam L. Tobing mengatakan bahwa peran serta industri dalam edukasi masyarakat diperlukan agar masyarakat tidak terjebak dalam investasi ilegal.
Menurutnya, terdapat tiga faktor utama yang menyebabkan masyarakat terjerat dalam investasi bodong.
Faktor pertama, sifat alami manusia yang ingin cepat kaya dan biasanya mudah tertipu dengan gaya hidup yang dipamerkan di platform media sosial atas hasil investasi.
Faktor kedua, banyak masyarakat yang sudah mengetahui risiko dan kerugian tapi masih tetap nekat untuk berinvestasi legal dengan pikiran untuk meraih keuntungan daripada tidak sama sekali.
"Terakhir, faktor yang ketiga dimana masih rendahnya tingkat literasi keuangan masyarakat atas investasi dan perkembangan teknologi digital yang masif telah memberikan peluang bagi para investasi bodong," terangnya.
Satgas Waspada Investasi telah menutup 21 platform investasi ilegal sepanjang tahun 2022, dimana belakangan ini modus yang digunakan adalah binary option, robot trading, hingga pencatutan nama entitas resmi melalui media sosial seperti Telegram.
Dalam kurun waktu 2011-2022, Satgas Waspada Investasi mencatat nilai kerugian masyarakat kurang lebih mencapai Rp 117,5 triliun dikarenakan adanya investasi bodong.
Untuk mencegah terulangnya kasus penipuan tersebut, Ketua Satgas Waspada Investasi, Tongam L. Tobing meminta masyarakat untuk memastikan kembali pihak yang menawarkan investasi tersebut.
Apakah telah memiliki perizinan dari otoritas yang berwenang sesuai dengan kegiatan usaha yang dijalankan, serta memiliki izin dalam menawarkan produk investasi dan tercatat sebagai mitra pemasar sebelum berinvestasi.
“Jika ada penawaran investasi, lakukan pengecekan 2L yakni legal dan logis. Legal artinya tanyakan izinnya dan logis artinya pahami rasionalitas imbal hasilnya,” tutur Tongam.
Sementara itu Certified Financial Planner, Annisa Steviani, membeberkan tips sebagai langkah awal jika ingin berinvestasi. Dalam berinvestasi pastinya masyarakat perlu terlebih dahulu memahami perencanaan keuangan.
“Pandemi yang sudah bergulir lebih dari 2 tahun mengubah kebiasaan masyarakat untuk melakukan segala transaksi secara digital. Contohnya sekarang ini masyarakat mulai tertarik untuk berinvestasi. Namun, sebelum memulai investasi, masyarakat perlu menetapkan terlebih dahulu tujuan investasi tersebut untuk apa," kata dia.
Setelah itu, lanjut Annisa, baru memperkiraan jumlah dana investasi dengan mengukur profil risiko, sambil memperkaya ilmu mengenai literasi keuangan.
"Jika sudah mengetahui alokasi dana dan profil risiko, kita juga perlu konsisten agar tercapai tujuan investasi tersebut. Investasi reksa dana menjadi salah satu opsi tabungan dana darurat yang cukup baik untuk investor pemula," tandasnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait