Ia mengungkapkan bahwa Rais Aam sejatinya telah memperingatkan Gus Yahya untuk mengundang tokoh Islam kontemporer yang tenang dari Timur Tengah. Namun, peringatan ini disebut tidak dilaksanakan. "Di tengah adanya genosida, kemudian perhatian yang paling tinggi di NU, itu menjadi pimpinan NU, lalu mengundang dari Zionis," tambahnya.
Selain masalah indikasi zionisme, Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu juga menyoroti adanya masalah tata kelola keorganisasian di bawah kepemimpinan Gus Yahya, termasuk kurangnya harmoni kepengurusan dan beberapa cabang yang belum mendapat legalitas. Menurutnya, konsen utama Syuriyah adalah menjaga Ahlussunnah wal Jamaah dan misi Masyayikh, serta memastikan tata kelola organisasi dan keuangan berjalan baik.
Cholil Nafis menegaskan bahwa dua poin utama inilah—yaitu indikasi zionisme dan tata kelola organisasi—yang dituangkan dalam Risalah Rapat Harian Syuriyah PBNU. Ia menyebutkan bahwa isu lain yang belakangan santer terdengar, termasuk isu terkait pertambangan, hanyalah "bunga-bunga di luar saja" atau persepsi yang berkembang di publik.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait
