Namun langkahnya terhenti lantaran Pramono Edhie Wibowo harus ikut ayahnya yang ditugaskan menjadi Dubes Berkuasa Penuh Korea Selatan. Meski begitu, tekad dan semangat Pramono Edhie Wibowo untuk menjadi tentara tidak padam. Adik ipar mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini terus berlatih di bawah pengawasan langsung ayahnya. Kembali ke Jakarta, Pramono Edhie Wibowo mendaftar ke Akmil, Magelang.
”Pilihan saya Angkatan Darat karena orang tua saya berjuang dan mengabdi di Angkatan Darat. Saya selalu melihat ayah saya berdinas di Angkatan Darat. Saya banyak diberi petunjuk oleh orang tua saya sehingga saya banyak mengetahui dunia militer di Angkatan Darat,” kenang Pramono Edhie Wibowo.
komando pasukan elit ini pernah dipegang satu keturunan, ayah kemudian anaknya juga menjabat sebagai Danjen Kopassus
Lulus dari Akmil pada 1980, Pramono Edhie Wibowo memilih bergabung di pasukan tempur yakni Kopassus yang saat itu bernama Kopassandha. ”Saya mengambil jalur yang berbeda. Saya ingin berbeda dengan kakak saya. Kakak-kakak saya mengambil baret hijau, saya mengambil baret merah,” kenang Edhie dalam buku biografinya berjudul “Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo: Jejak Langkah Seorang Prajurit Komando”.
Selama pengabdiannya di Baret Merah, Pramono Edhie Wibowo beberapa kali diterjunkan ke medan operasi. Di antaranya Operasi Seroja di Timor-Timor kini Timor Leste. Karena loyalitas dan dedikasinya di medan operasi, Pramono Edhie Wibowo seringkali ditugaskan dalam operasi. “Alhamdulillah…berkali-kali senior bertugas...saya ikut. Jadi dalam jumlah penugasan memang saya lebih banyak dari yang lain karena baru pulang kira-kira 10 hari sudah berangkat lagi,” ucapnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait