SURABAYA, iNews.id - Fenomena ikan mati massal atau ikan munggut kembali terjadi di Sungai Brantas. Ribuan ekor ikan mati di sungai yang mengalir diantara Kabupaten Mojokerto, Gresik, Sidorajo dan Surabaya.
Yayasan Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah atau Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) menyebut, berdasarkan laporan warga ikan ditemukan mati pada hari Senin (23/5), sejak pukul 05.00 WIB di Desa Cangkir, hingga wilayah Warugunung Kota Surabaya. Jenis ikan yang ditemukan adalah Rengkik, Keting, Bader, Nila dan Mujair.
Habib, warga Desa Bambe Driyorejo Gresik, mengatakan sekitar pukul 06.30 WIB dirinya pergi ke sungai setelah mendengar kabar dari pamannya. Ketika itu warga sudah banyak dilokasi. Kata dia, munggut kali ini termasuk paling parah dan besar.
"Menurut saya setelah 2 tahun lalu karena tingkat cemarannya sampai ke bawah, dan kontaminasi ikan besarnya dan bau sungai amis seperti bau micin, aliran sungai sedikit berminyak dan lengket," katanya.
Menurut catatan Ecoton, peristiwa seperti ini bukan kali pertama terjadi Di Sungai Surabaya. Peristiwa dipastikan akan datang setiap tahun dan tidak ada penyelesaian.
"Hari ini kami melihat cukup banyak ikan yang mati mulai dari ikan yang kecil bahkan yang sangat besar. Kami menduga peristiwa ini akibat limbah industri, karena dari dampaknya sangat besar bagi sungai dan kematian ikan yang sangat banyak," ujar Diki Dwi Cahya.
Manager Kampanye Ecoton ini mengaku, selama beberapa tahun terakhir ikan rengkik dan mujaer berukuran besar sudah lama tidak terlihat.
"Berarti fenomena ikan mabuk ini sangat besar. Menurut saya, jika terus begini kelestarian lingkungan kali Surabaya bisa terancam serta membuat induk ikan akan mati dan bisa menyebabkan kepunahan," tegasnya.
Untuk itu, pihaknya meminta masyarakat agar waspada dan berhati – hati dalam mengkonsumsi ikan mati hasil tangkapan.
Ikan – ikan tersebut diduga terindikasi tercemar kandungan racun dan bahan berbahaya. Disisi lain, kata dia, air Sungai Surabaya merupakan bahan baku PDAM Surabaya, Gresik dan Sidoarjo. Karena lokasi ikan munggut mendekati Intake PDAM Surabaya.
Diki menegaskan, dampak peristiwa ikan mati masal cukup berbahaya. Pada air PDAM, ketika limbah yang tanpa diolah dibuang ke Sungai Brantas akan mengakibatkan penurunan kualitas air sungai
"Peristiwa ikan mati massal akan terus terulang, jika tidak ada upaya serius atau penegakan hukum bagi industri yang membuang limbah cairnya," tuturnya.
Ia melanjutkan, bahwa sungai adalah rumah ikan. Jika ikan-ikan tersebut mati dalam kondisi yang tidak wajar dan dengan jumlah yang banyak, dia khawatir ikan-ikan tidak dapat hidup dan terjadi kepunahan ikan.
"Peristiwa seperti ini yang membuat Yayasan Ecoton pada awal tahun 2019 lalu melayangkan gugatan Kepada KLHK, PUPR dan Gubernur Jawa Timur di Pengadilan Negeri Surabaya atas peristiwa ikan mati masal si Sungai Brantas," ungkapnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait