Meski demikian, lanjut Muharram, Unilever terus mempromosikan sachet di Asia Tenggara dan India, dengan menggambarkan model bisnis ini sebagai “pro-masyarakat menengah ke bawah”.
Lebih buruk lagi, saat ini Unilever mempertahankan fokus pada penanganan di akhir yang sangat berpolusi seperti insinerator dua tahap di pabrik semen dan teknologi daur ulang bahan kimia CreaSolv.
Sementara itu Koordinator AZWI, Rahyang Nusantara mengatakan, berdasarkan studi dengan Global Alliance for Incinerator Alternatives (GAIA) tahun lalu, menunjukkan bahwa daur ulang kimia di Indonesia yang dipromosikan oleh Unilever tidak berhasil. Kemasan sachet tidak dapat didaur ulang secara berkelanjutan dan aman.
“Mereka juga harus berhenti mengirimkan sampah sachet mereka ke RDF (refuse-derived fuel) karena teknologi ini juga mencemari saluran air dan kualitas udara, serta dapat memperburuk perubahan iklim,” tegasnya.
Editor : Ali Masduki