get app
inews
Aa Text
Read Next : Indonesia Berduka, Jejak Sang Penerobos Rizal Ramli Telah Berpulang, Ini Catatan Perjalanan Karirnya

Kegigihan Rizal Ramli Merawat Kebhinnekaan Teruji, Ini Buktinya!

Rabu, 06 Juli 2022 | 18:37 WIB
header img
Ritual adat “Naik Lisung Pajajaran”. (Foto: Istimewa)

SUKABUMI, iNewsSurabaya.id - Tokoh nasional Dr Rizal Ramli (RR) baru saja mendapat gelar Rama Praditya sebagai tamu agung dalam upacara adat Sunda “Naik Lisung Pajajaran”, Selasa (5/7/2022). 

Gelar adat ini semakin menambah sebutan kehormatan bagi dirinya di berbagi kultur budaya masyarakat tanah air. 

Ritual adat “Naik Lisung Pajajaran” yang diterima Rizal Ramli dari masyarakat adat Sunda di Sukabumi ini merupakan simbol pengakuan lengkap terhadap Rizal Ramli, yang meski lahir di Tanah Minang, Rizal Ramli merupakan tokoh pluralis. 

Sebagai intelektual yang memegang prinsip “adat dijunjung, budaya disanjung”, Rizal Ramli memang dikenal mencintai kebhinekaan.

Pertalian kisah hidup Rizal Ramli dengan Bogor (Tanah Pasundan dan Priyangan) esensinya dipertautkan oleh ikatan batin. Bukan sekedar memori, tetapi juga perasaan cinta terhadap keberagaman. 

Masyarakat adat Sunda di Bogor, Jawa Barat, secara simbolik juga pernah menyerahkan sebilah Kujang kepadanya. 

Kujang adalah senjata khas kebanggaan masyarakat Sunda dan dipercaya merupakan senjata Prabu Siliwangi. Rizal Ramli menerimanya sebagai lambang persaudaraan dan pengakuan adat Sunda kepadanya.

Dalam acara Kumpul Ngariung di Saung Kujang Pajajaran, Bogor, Jawa Barat itu, Rizal Ramli tak lupa pula menceritakan lika-liku pengalaman masa kecilnya hingga remaja selama tinggal di Bogor, sebagai seorang anak yatim piatu yang diasuh oleh sang nenek.

Kedekatan Rizal Ramli dengan masyarakat Jawa Barat memang sangat khas, karena bersinggungan dengan ikatan batin. 

Sebagai yatim piatu yang dibesarkan sang nenek Rizal Ramli menghabiskan masa kanak-kanak dan tumbuh hingga remaja di Bogor. Kemudian menempuh kuliah di Bandung (ITB).

Ia sudah akrab dan terbiasa dengan lingkungan masyarakat Sunda, berbaur dengan adat istiadat yang berlaku di Tatar Sunda, hingga menemukan jodohnya di Tanah Priyangan itu.

Yaitu yuniornya di ITB, Herawati, yang selain berprofesi arsitek juga aktivis sosial yang semasa hidup banyak mencurahkan misi kemanusiaan di Tanah Priyangan.

Spektrum pergaulannya yang luas bersentuhan erat dengan berbagai suku, etnis, budaya dan agama, bahkan antar negara.

Ketika berkunjung ke wilayah Priyangan Timur, seperti Tasikmalaya, Jawa Barat, beberapa waktu yang lalu misalnya, nampak erat ketertarikannya  kepada kesenian dan seni bela diri pencak silat khas Sunda.

Selasa kemarin, di Kampung Karang Tengah, Kecamatan Gunung Puyuh, Sukabumi, Jawa Barat, Rizal Ramli menerima gelar adat “Rama Praditya”. Melalui prosesi “Naik Lisung Pajajaran”. Gelar Rama Praditya mengandung arti “Tokoh yang Pintar dan Bijaksana”. 

Rizal juga berkesempatan mengunjungi Museum Siliwangi, di Sukabumi, Jawa Barat. Museum ini memiliki persinggungan sejarah yang cukup erat dengan Tanah Sunda atau Tanah Priyangan.

"Rizal Ramli merupakan tokoh yang menaruh kepedulian kepada wong cilik dan pandai memberikan solusi terhadap setiap masalah yang muncul. Terutama dalam persoalan ekonomi," terang Pimpinan Museum Prabu Siliwangi, KH Raden Adipati Muhammad Fajar Laksana. 

Dalam ritual adat ini Rizal Ramli didudukkan di atas lisung (lesung) kemudian ditandu untuk memasuki  Museum Siliwangi. Sambil diiringi musik dan berbagai atraksi tradisional khas Sunda.

Sebelumnya KH Raden Adipati Muhammad Fajar Laksana juga menyematkan ikat kepala hitam khas Sunda kepada Rizal Ramli.

Ikat kepala ini, menurut KH Raden Adipati Muhammad Fajar Laksana, mengadung makna filosofis dan simbolik, yaitu sebagai simbol untuk mengekang hal-hal yang tidak baik di dalam pikiran manusia.

Museum Siliwangi yang terletak di dalam komplek Pesantren Modern Dzikir Al-Fath menyimpan benda-benda pusaka. Sedangkan lisung atau lesung adalah wadah untuk menumbuk padi, berbentuk memanjang yang terbuat dari kayu. 

Lesung antara lain merupakan simbol kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat Sunda.

Ritual penyematan gelar adat ini kemudian dilanjutkan dengan kuliah umum yang disampaikan oleh Rizal Ramli untuk para santri dan santriwati pesantren.

Narasumber lain yang hadir adalah Rektor International Woman University Prof Dr Uni Narimawati, Guru Besar Universitas Utara Malaysia Prof Dr Mohammad Sobri Minai dan lainnya.

Rizal Ramli dengan berbagai paparannya di dalam kuliah umum ini mendapatkan sambutan yang sangat antusias, karena secara sederhana mengemukakan persoalan-persoalan yang sedang melanda bangsa ini sekaligus memberikan solusi-solusi yang seharusnya ditempuh oleh pemerintah, terutama di tengah ketidakberdayaan rezim hari ini dalam mengatasi kebangkrutan ekonomi nasional yang sedang terjadi. 

Di dalam forum ini Rizal Ramli juga mendapatkan dukungan dan doa dari hadirin agar dapat memimpin bangsa ini ke arah perubahan yang lebih baik.

“Kita mendoakan agar cita-cita Pak Rizal Ramli ini dapat terwujud,” ujar Prof Dr Umi Narimawati yang disambut khidmat oleh para hadirin.

Berdasarkan catatan sejarah, sebelumnya gelar adat antara lain juga pernah diberikan Sultan Tidore kepada Rizal Ramli.

Salah satu tokoh pemimpin kawasan Timur Indonesia ini mendaulat Rizal Ramli sebagai Ngofa Tidore (Putra Tidore), karena pembelaannya terhadap nasib rakyat Timur Indonesia yang disuarakannya dalam sebuah forum talk show di TV One beberapa tahun lalu

Editor : Ali Masduki

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut