SURABAYA, iNews.id - Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Seorang manusia terutama diingat jasa-jasanya atau kesalahan-kesalahannya. Perbuatannya ini, baik maupun buruk akan tetap dikenal meskipun seseorang sudah mati.
Sebagaimana pepatah diatas, jejak pendiri Sekolah Islam Shafta Surabaya, KH. Abdul Mu'id, sampai saat ini masih melekat.
Nama besar dan kesalehan pecinta Al-Quran itu menjadi magnet generasi setelahnya. Tradisi baik yang diwariskan KH. Abdul Mu'id terus dirawat.
Sebagai guru dan penghafal Al-Quran, Haul Almaghfurlah KH. Abdul Mu'id pun selalu ditunggu oleh para penghafal Al-Quran.
Bahkan setiap tahunnya, jumlah huffadz (penghafal Al-Quran) dan jumlah majelis yang mengikuti haul yang diisi dengan Khatmil Quran atau upacara menamatkan Al-Quran terus bertambah.
Editor : Ali Masduki