SURABAYA, iNews.id - Kasus kekerasan seksual terhadap anak kian marak. Para pedofil pun diam-diam bergentangan mencari mangsa. Yang membuat miris, kekerasan dan pelecehan seksual yang selama ini sudah terungkap, banyak menimpa para pelajar dan santri.
Ketua Yayasan Al Insanul Kamil, Ahmad Nashruddin mengatakan, Sekolah Islam Shafta berupaya membentengi siswa dari ancaman kejahatan seksual, yakni dengan berbagai kegiatan edukasi dan sosialisasi psikologi anak. Salah satunya tentang bahaya pedofilia.
"Karena marak kita temui sekarang berbagai kasus yang lagi viral dan happening, jadi kami mendatangkan psikologi yang memang memiliki kapabilitas untuk memberikan arahan dalam rangka self defense. Jadi, anak-anak kita beri pemahaman untuk tidak mudah dekat dengan siapapun. Termasuk gurunya," katanya saat sosialisasi bahaya pedofil bagi seluruh siswa dalam giat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) SMA dan SMA Islam Shafta Tahun Pelajaran 2022-2023, Senin (18/7/2022).
Pria yang akrab disapa Gus Ahmad ini menuturkan, selain pemahakan tentang pedofilia, pihaknya juga memberikan motivasi belajar dalam masa MPLS tersebut. Motivasi itu berkaitan tentang cara menghargai orang lain, sikap saling bekerja sama dan tenggang rasa agar menghindari aksi bullying di lingkungan sekolah.
"Jadi mereka bisa saling support, bukan saling membully atau menjelekkan teman-temannya," tuturnya. Seluruh agenda tersebut merupakan wujud dari program sekolah ramah anak di lingkungan pendidikan.
Pada kesempatan tersebut, Guru Bimbingan Konseling (BK) Fikri, menjelaskan kepada siswa bahwa pedofilia merupakan salah satu bentuk kekerasan dan kejahatan seksual terhadap anak sebagai dampak pergaulan bebas. Yakni bentuk perilaku menyimpang yang melanggar norma agama maupun norma kesusilaan.
Di mana dalam beberapa tahun terakhir, kasus kekerasan seksual anak di Indonesia mengalami peningkatan. Data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) tahun 2021 menyebutkan bahwa terdapat 10.247 kasus kekerasan seksual.
"Di mana 15,2 persen adalah perempuan," katanya.
Ia juga memaparkan kasus yang baru-baru ini terjadi di lingkungan pondok pesantren yang memakan korban santriwati usia remaja.
"Kenapa bisa seperti itu? Makanya sebagai seorang remaja, sekarang harus bersikap dewasa terhadap siapapun itu," kata Fikri.
Dhea Revaliana, siswa kelas 10 SMA Shafta mengaku antusias saat mengikuti sosialisasi psikologi tersebut.
Ia mencatat sejumlah materi. Antara lain tentang cara menghindari bahaya pedofilia, faktor-faktor dan ciri orang pedofilia dan cara membatasi diri.
"Sangat bermanfaat bagi kita semua, terutama kita yang perempuan dan minor usianya yang masih under age, jadi kita bisa tahu gimana sih pedofilia itu. Bagus juga kita jadi tahu, oh ini nggak boleh lho kita umur segini berdekatan sama orang ini. Kita jadi saling tahu dan memahami," terangnya.
Sementara itu Kepala Sekolah SMP Islam Shafta, Sugiharto menambahkan, tujuan sekolah memberikan materi bahaya pedofilia adalah satu cara pengenalan kepada siswa ketika di SMP agar mereka memahami bahwa bahaya ini memang tidak kelihatan.
"Tapi dampaknya sangat besar buat anak-anak ke depannya," ujarnya.
Hal ini menjadi perhatian pihak sekolah, agar anak-anak tetap hati-hati di mana saja mereka berada. Sekaligus sebagai bentuk antisipasi dan edukasi bagi calon generasi penerus bangsa.
Diketahui, Pedofilia adalah suatu bentuk kelainan seksual yang meliputi nafsu seksual terhadap anak-anak maupun remaja yang berusia di bawah 14 tahun. Seseorang yang mengidap pedofilia disebut dengan pedofil.
Editor : Ali Masduki