Lebih lanjut peneliti ESN ini menyebutkan bahwa di Pulau Bangka sebelumnya telah diteliti pada maret 2021 di sungai Baturusa sebesar 94 partikel mikroplastik dalam 100 liter air.
"Mikroplastik di perairan akan mengikat logam berat dan polutan air seperti pestisida, detergen dan menjadi media tumbuh bakteri patogen," terang alumnus biologi universitas Airlangga ini.
Prigi menyebutkan bahwa mikroplastik dibuat dengan 1000 jenis bahan tambahan seperti phtalat, bhispenil A, pigmen warna dan senyawa lain yang termasuk dalam kategori senyawa pengganggu hormon atau endocrine disruption chemical compound.
"Dampak senyawa pengganggu hormon adalah merusak sistem hormon dalam metabolisme tubuh manusia seperti hormon pertumbuhan, hormon reproduksi dan menimbulkan kanker," tuturnya.
Dijelaskan Prigi, bahwa saat ini kontaminasi bahan plastik kedalam makanan akan mendorong terjadinya penurunan kuantitas dan kualitas sperma lelaki di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.
Editor : Ali Masduki