Strategi Pendukung
Selain tiga strategi tersebut, UNAIR memberlakukan strategi pendukung berupa penggunaan nilai ujian tulis berbasis komputer (UTBK) sebagai seleksi resmi dari pemerintah pusat dalam seleksi mandiri.
Dikatakan rektor bahwa strategi itu untuk mereduksi oknum-oknum tertentu yang bermaksud melakukan kecurangan.
Untuk menghindari kolusi, UNAIR membentuk badan khusus bernama Pusat Pengelola Dana Sosial. Pembentukan PUSPAS untuk menghindari pihak-pihak yang ingin memberikan sumbangan atas nama pribadi.
“Bagi orang yang ingin menyumbang, kami tampung dalam mekanisme PUSPAS. Itu juga diaudit. Semua transparan. Intinya, UNAIR mengembangkan sistem di mana seluruh penerimaan tidak masuk rekening pribadi,” ucapnya.
Pentingnya Integritas
Prof Nasih menegaskan, terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme di lingungan kampus bukan persoalan sistem.
Sebagus apapun sistemnya, jika yang mengelola sistem tidak berintegritas, peluang untuk melakukan kecurangan tetap besar. Karena itu, faktor integritas menjadi perhatian utama dalam pengelolaan
“Sebaik apapun sistemnya, kalau manusianya, integritasnya tidak bagus, peluang untuk melakukan kecurangan akan tetap terjadi. Faktor integritas harus menjadi perhatian utama,” ucapnya.
Keketatan Prodi
Prof Nasih juga menyatakan, dalam proses penerimaan baru, beberapa prodi memiliki keketatan hingga lebih dari satu persen. Artinya, satu peserta harus bersaing dengan lebih dari 99 peserta lainnya.
“Dalam beberapa prodi, ada pendaftar mencapai 2000 calon mahasiswa sementara yang diterima hanya 50 mahasiswa. Angka inilah yang kemudian memunculkan prasangka di masyarakat,” pungkasnya.
Editor : Ali Masduki