SURABAYA, iNews.id - Yuliati telah lama dikenal sebagai seorang aktivis Indonesia yang memperjuangkan kesetaraan gender, perlindungan dan pemberdayaan anak-anak.
Namun tidak disangka, nama alumnus Fisip Unair ini muncul mewakili Indonesia, berjajar dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam pengumuman yang dirilis Bureau of Educational and Cultural Affairs.
Jika ditelusuri lebih jauh, ternyata perjuangan Yuliati memang bukan kaleng-kaleng. Pada tahun 1998, Yuliati bersama empat mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR) lain mendirikan organisasi sosial bernama Yayasan Arek Lintang (Alit) di Surabaya.
Ternyata perjuangan itu pula yang membuka jalan Yuliati. Ia dipilih oleh Pemerintah Amerika Serikat sebagai salah satu anggota International Visitor Leadership Program (IVLP).
“Pemerintah Amerika Serikat memilih Kedutaan dan Kontrol Konsulat memilih tokoh-tokoh yang dianggap sebagai pemimpin atau pemimpin alternatif di komunitas maupun institusi pemerintah. Saya mengikuti program ini (IVLP, Red) di tahun 2016 Bulan Februari sampai April,” katanya.
Hingga 23 tahun berlangsung, kini Alit telah memiliki delapan kantor cabang di delapan kabupaten/kota di tiga provinsi.
Ibu dari anak-anak jalanan ini mengatakan, saat ini Alit telah mendampingi lebih dari 1.400 anak. Namun, total ada lebih dari 10.000 anak sejak tahun 1998.
“Program-program kami telah diakses oleh banyak masyarakat di seluruh Indonesia. Bahkan sejumlah lembaga donor dan lembaga internasional turut mengakses beberapa modul yang kami ciptakan,” katanya.
Salah satu program terbaru yang ia gagas adalah Dewa Dewi Rama Daya. Singkatan dari desa wisata agro desa wisata industri ramah anak dan berkebudayaan.
Ia menjelaskan, program itu selain mendukung Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2019 Tentang Pemulihan Ekonomi sekaligus menggemakan bahwa industri pariwisata harus tetap ramah anak. Program itu, kata dia, telah berjalan dan memasuki 12 desa di 3 Provinsi.
Atas kerja kerasnya, sederet penghargaan berangsur-angsur ia terima. Salah satunya, gelar Entrepreneur of the Year oleh Ernst & Young yang tersemat padanya 2012 lalu. Yuliati juga pernah didapuk sebagai salah satu dari dua alumni Indonesia terbaik IVLP pada 2020.
“Saya juga turut menyumbangkan dua pasal dalam perumusan International Child Protection Law yang diinisiasi oleh Johns Hopkins University Amerika Serikat pada 2005 dan 2010. Terutama mengenai perlindungan anak-anak dari pekerja-pekerja domestik,” tuturnya.
Dua tahun lagi, genap 25 tahun perjuangan Yuliati bersama Alit. Ia berharap dapat menyelesaikan tugasnya sebagai Direktur Eksekutif dan segera pensiun. Meski demikian, ia ingin terus mengembangkan diri di dunia edukasi.
Editor : Ali Masduki