get app
inews
Aa Read Next : Lapas Kelas I Madiun Jadi Pionir Program Deradikalisasi, Tiga Warga Binaan Terorisme Kembali ke NKRI

Terorisme Musuh Nyata, Centris: Waspada!

Minggu, 28 November 2021 | 19:41 WIB
header img
Tim Densus 88 dan Gegana Polda Jatim melakukan penggeledahan rumah kontrakan bomber Polrestabes Suarabaya, beberapa tahun lalu. (Foto: iNewsSurabaya/Ali Masduki)

SURABAYA, iNews.id - Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (Centris), mengajak masyarakat dunia, khususnya Indonesia waspada terhadap gerakan dan aksi keji terorisme.

Peneliti Senior Centris, AB Solissa, menturkan bahwa terorisme adalah musih nyata terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Bertentangan dengan nilai-nilai agama dan ketuhanan.

Solissa mengungkapkan, seperti yang terjadi di Mumbai, ibu kota financial sekaligus kota terbesar di India 13 tahun silam, tepatnya 26 November 2008.

Luka akibat serangan di Mumbai oleh teroris yang menggunakan senjata tempur A-K 47, AKM dan A-K 74 di lima lokasi berbeda itu menjadi tragedi berdarah di India. Sedikitnya 166 orang tewas, 25 orang di antaranya adalah turis asing.

"Masih dirasa basah, belum mengering dan dipastikan akan membekas bagi segenap bangsa dan rakyat India," tuturnya

Saat itu, lanjut Solissa, para teroris melakukan serangkaian serangan. Diantaranya di stasiun kereta api Chhatrapati Shivaji Terminus (CST) yang ramai, dua hotel bintang lima bintang yaitu Oberoi/Trident dan Taj Mahal Palace, Kafe Leopold, Rumah Sakit Cama, gedung pusat komunitas Yahudi Chabad House dan kantor polisi.

Kemudian sehari setelahnya, pada Kamis (27/11), pasukan elite India dilaporkan menyerbu hotel Oberoi dan Taj Mahal serta pusat komunitas Yahudi. Tempat para pelaku melakukan penyanderaan dan berhasil membebaskan para sandera. 

Selanjutnya pada Sabtu (29/11), dilaporkan Pasukan Komando India berhasil menumpas kelompok teroris yang bersembunyi di Hotel Taj Mahal.

“Hari ini tepat 13 Tahun terjadinya tragedi Mumbai, India tersebut," ungkapnya, Jumat (26/11/2021).

Pasca tragedi berdarah, sebuah kelompok yang mengatasnamakan dirinya "Deccan Mujahidin" mengaku bertanggung jawab. Melalui surat elektronik yang dikirimkan ke beberapa media massa sesaat setelah para teroris menyerbu Mumbai

Berbagai lembaga investigasi, seperti FBI Amerika, dan jurnalis independen telah sampai pada kesimpulan bahwa keterlibatan Pakistan dalam hal ini Inter-Services Intelligence (ISI) Pakistan, telah memberikan uang, perlengkapan militer, dan panduan perencanaan strategis bagi para teroris.

Solissa mengatakan, konspirator utama dalam serangan Mumbai diduga kuat adalah Kepala militer LeT Zaki-ur-Rehman-Lakhvi, yang dibebaskan dengan jaminan pada tahun 2014 setelah kasus jaksa dan setidaknya satu hakim persidangan dikabarkan menerima ancaman pembunuhan.

“Cara-cara teror seperti ini jelas tidak dibenarkan oleh hukum negara manapun bahkan dilarang oleh agama apapun di muka bumi ini,” terang Solissa.

Penangkapan jihadis Pakistan-Amerika tahun 2009, David Headley, karena dianggap ikut merencanakan serangan Mumbai, mengungkapkan bahwa seorang perwira ISI yang bertugas mengidentifikasi 'Mayor Iqbal' telah membayarnya $28.500.

"Semua hal ini memperkuat dugaan keterlibatan ISI dan LeT dalam Serangan Mumbai. Namun sayangnya, 13 tahun kemudian, kasus tersebut tetap tidak terpecahkan dan telah dipindahkan dari Pengadilan Teror Lahore ke Pengadilan Teror Islamabad," ungkapnya.

Solissa menjelaskan, baru-baru ini India menolak daftar teroris terbaru Pakistan yang terlibat dalam serangan Mumbai karena hilangnya nama dalang dan konspirator utama, Hafiz Muhammad Saeed dan Zakir-ur-Rehman Lakhvi.  

Pada Januari 2021, pengadilan Pakistan menjatuhkan hukuman lima tahun penjara kepada Lakhvi atas tuduhan pendanaan teror. Dimana dari 27 saksi yang awalnya dipanggil, 4 atau 5 telah meninggal karena sebab alami dan sisanya sudah pensiun. Sehingga tidak mau melakukan perjalanan ke Pakistan dengan alasan keamanan.  

Menurut AB Solissa, negara-negara dunia termasuk Indonesia, seyogianya ikut mendesak Pakistan untuk menuntaskan kasus ini dengan cara-cara konstitusional. 

"Seperti mendorong saksi agar dapat mengundurkan diri melalui konferensi video atau komisi yudisial gabungan dari Pakistan dapat mengunjungi India,” tegasnya.

Sampai saat ini, kata dia, Pakistan belum menyetujui dua cara atau opsi tersebut. Sementara keluarga dari 166 orang yang meninggal pada malam naas itu, masih menunggu keadilan hingga saat ini.  

Untuk itu Solissa menegaskan, apapun alasan dan tujuannya, aksi terorisme adalah kejahatan keji kemanusiaan yang dampak destruktifnya dan dapat menghancurkan tujuan bernegara sebuah negara. 

"Teroris adalah musuh bersama seluruh bangsa di dunia, bukan teman apalagi diposisikan sebagai sahabat,” tutur 

Terorisme, lanjut AB Solissa, tidak ada kaitannya dengan agama tertentu sehingga siapapun yang terlibat terorisme sejatinya orang yang tidak memiliki agama maupun kepercayaan.

Sama halnya dengan Centris, Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah juga menilai setiap negara wajib memiliki instrumen khusus yang kuat seperti bentukan pemerintah India, untuk berperang melawan dan menumpas terorisme di tanah airnya.

Ketua DPP IMM, Rimbo Bugis, dalam keterangan tertulisnya, mengatakan di Indonesia sendiri sudah ada Densus 88 Anti Teror Polri yang performa nya sama dengan pasukan elit atau pasukan komando India. 

Seperti India dan negara dunia lainnya, penanganan terorisme oleh Densus 88 Anti Teror cendrung dipusatkan pada upaya pencegahan untuk meminimalisasi korban, dengan menggunakan tekhnologi informasi dan mutakhirnya dunia intelejen.

“Kita acungkan jempol untuk instrumen negara anti teror milik pemerintah India yang dapat menyelesaikan aksi terosisme Mumbai 2008 lalu. Dan mengantisipasi aksi serupa dikemudian hari,” ujarnya, Jumat (26/11).

Namun Rimbo juga mempertanyakan maksud dan tujuan pihak-pihak tertentu yang terus meminta pemerintah untuk membubarkan Densus 88 Anti Teror. Padahal saat ini kondisi masyarakat yang rentan terfregmentasi.

“Yang minta Densus bubar wajib dipertanyakan ‘merah-putih’ nya. Densus 88 Anti Teror Polri sudah on the track, mencegah terjadinya kembali aksi terorisme seperti di India dan tanah air tahun 2000 an silam,” pungkasnya.

Editor : Ali Masduki

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut