Tanpa PR, Hadirkan Proyek dan Eksplorasi Kegiatan Bersama Bersama Keluarga
Nerinda menuturkan bahwa usulan penghapusan PR sebagai tugas sekolah yang dibawa ke rumah menjadi salah satu langkah yang tepat untuk direfleksikan bersama bagi semua pihak.
“Bagi saya sendiri untuk membangun kebiasaan anak belajar mencari atau memilih tantangan atau membangun motivasi internal belajar bukan dengan PR, tetapi dengan pembelajaran bermakna yang memang diberikan dan adanya diferensiasi di kelas, baik itu topik belajar, pertanyaan yang memantik rasa ingin tahu anak, lalu juga penjelasan pentingnya belajar suatu topik apa kegunaan di kehidupan nyata, dan keterkaitannya di lingkungan atau diri sendiri,” terangnya.
Ia juga menceritakan dan menjelaskan bahwa dengan usulan ini penerapan kegiatan yang memang diberikan kepada anak “hanya untuk dilakukan di rumah bersama keluarga” akan lebih banyak tentu dilakukan bersama.
“Di Cikal, kita ingin berikan kesempatan anak membangun quality time di rumah. Kita percaya bahwa belajar itu tidak hanya soal di depan laptop saja. Namun, lebih kepada membangun komunikasi dan sosialisasi dengan orang rumah, orang tua, adik-kakak, nenek-kakek dan sebagainya. Kami juga percaya bahwa waktu belajar di sekolah itu sebaiknya dimaksimalkan untuk belajar, dan di rumah untuk keluarga. Sehingga di Cikal itu konsep PR itu lebih kepada kegiatan yang dilakukan di rumah,” tambahnya.
Beberapa kegiatan yang disebutkan oleh Nerinda antara lain, melakukan wawancara dengan orang tua terkait topik yang diminati anak, mengamati binatang peliharaan, menceritakan benda yang disukai atau favorit anak di rumah, mengamati bulan di malam hari, dan sebagainya.
Editor : Ali Masduki