Darisana, mantan Kasatintelkam Polres Tuban itu malah ketagihan dan jatuh hati.
Bermodal ilmu itu, ia tidak ragu coba-coba mengikuti berbagai kejuaraan.
"Kejuaraan pertama langsung dapat medali. Dari situ semakin semangat," ucap Sholeh.
Hasil itu tak hanya menjadi kebanggaan Sholeh dan keluarga semata.
Prestasi itu ternyata juga membuatnya lolos seleksi polisi lewat jalur prestasi 1998 lalu.
"Ketika sudah jadi polisi tetap aktif latihan dan ikut berbagai kejuaraan," imbuh dia.
Kecintaan terhadap karate itu membuat Sholeh membangun tempat latihan di rumahnya kawasan Kendangsari sebagai club karate.
Ia menamai club itu dengan istilah Jepang yakni Aka Shiro yang berarti Merah Putih.
"Pertama kali hanya lima murid yang latihan," ungkap dia.
Sering waktu, jumlah murid dojo itu terus bertambah. Tak puas, dengan satu dojo. Ia lantas membuat tiga dojo secara bertahap.
Lokasinya di Manyar, Keputih dan di Polsek Sukolilo. Tempat ia menjabat saat ini.
Total muridnya kini sekitar 200 orang. Tak ingin membebani orang tua murid, Sholeh pun menggratiskan latihan tersebut.
"Tak dipungut biaya alias gratis. Ini merupakan impian saya sejak kecil. Membuat tempat latihan gratis untuk umum," tandas dia.
Hasil kerja keras Sholeh itu baru berbuah manis tahun lalu. Anak didiknya berhasil meraih juara umum di kejuaraan Walikota Surabaya dan Walikota Mojokerto.
"Level sudah internasional. Ada peserta dari luar negeri juga itu," kata dia.
Menurut dia, karate bukan sekadar ilmu bela diri atau olahraga. Soleh menyebut filosofinya sejalan dengan kehidupan. Ia memberi contoh, jika karateka harus selalu bersikap jujur saat pertandingan.
"Prestasi pasti mengikuti bagi yang disiplin berlatih dan terus bekerja keras," tutup dia.
Editor : Arif Ardliyanto