Deajeng mengaku, dirinya diterima bekerja di salah satu proveder swasta di Surabaya. Pekerjaan yang diterima ini merupakan bukti keseriusan untuk menuntaskan perkuliahan. “Saya mengambil kuliah pagi, sulit memang,” papar dia.
Anak Penjual Nasi Jagung di Pantai Delegan Lulus Untag Surabaya dengan biaya yang terbatas. Foto iNewsSurabaya/arif
Perempuan ini mengaku harus pandai untuk membagi waktu, antara kuliah, kerja, dan berkumpul dengan teman. Dengan niatannya ini, ia berhasil menuntaskan pendidikan selama 3,5 tahun dengan nilai skripsi yang sangat memuaskan. Banyak dosen yang mengaku senang dengan hasil karya yang dibuat dengan judul ‘Hubungan antara Self Awareness dan Resilience dengan Kebahagiaan pada Korban Sexual Harassment’.
“Ini menceritakan mengenai trauma kekerasan seksual yang dialami perempuan. Mereka butuh pendampingan,” ucap Deajeng.
Proses sekripsi yang dilakukan tidak mudah, Deajeng mengaku kesulitan untuk bertemu dengan perempuan-perempuan yang mengalami trauma kekerasan seksual secara langsung. Ia hanya bertemu dengan pendamping mereka, kemudian akan menyambungkan ke perempuan-perempuan yang mengalami kekerasan seksual hingga trauma.
“Ada 108 kuesioner yang saya sebar ke orang-orang yang mengalami trauma karena kekerasan seksual. Kuesioner saya tersampaikan melalui pendampingnya,” paparnya.
Dari 108 kuesioner ini, lanjut dia, ada delapan kuesioner yang tidak layak menjadi dasar untuk dijadikan kesimpulan. Sebab, delapan kuesioner tersebut tidak sesuai dengan pertanyaan yang diberikan pada mereka. “Jadi hanya 100 kuesioner yang saya jadikan landasan melakukan riset. Hasilnya saya bisa mengukur tingkat stress korban seksual. Mereka butuh pendampingan dan motivasi, itu saja,” jelas Deajeng.
Editor : Arif Ardliyanto