Khofifah menuturkan, seni dan religi tidak dapat dipisahkan, menurutnya ini diketahui ketika Gus Dur ingin mengudang Ki Manteb untuk melakukan pertunjukan. “Saya diminta Gus Dur menemui Ki Manteb untuk memainkan pertunjukan wayang kulit lakon Semar Mbangun Kayangan, saat itu Ki Manteb bilang tidak cukup waktunya karena jarak pertunjukan 39 hari sedangkan sebelum pertujukan, beliau harus puasa dulu 41 hari. Agar bisa mencapainya Ki Manteb harus mengajak anak dan istrinya ikut berpuasa,” ujarnya.
Melihat cerita itu, tidak banyak masyarakat yang tahu jika para seniman melakukan ritual untuk mengeksplor energinya sebelum pertunjukan. “Kita hanya tinggal menikmati pertunjukannya saja dan tidak tahu bagaimana proses untuk bisa menyajikan pertunjukan bukan hanya spektakuler tetapi memiliki ruh, sehingga penonton bisa menikmati keindahan yang dipentaskan,” tuturnya.
Lebih lanjut dikatakan Gubernur, saat berkunjung ke provinsi lain seperti Jakarta, kerap disuguhkan tari-tarian, tetapi menurutnya tidak seindah tarian dari Jawa Timur. “Maestro seniman Jawa Timur tidak hanya sekadar mengeksplor seninya saja, tetapi aspek religinya juga dijalankan sehingga tari-tarian Jawa Timur seperti memiliki ruh,” imbuhnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Jatim, Hudiyono menuturkan tujuan kegiatan tahunan ini guna mendorong semangat dan motivasi seniman dan juru pelihara cagar budaya untuk terus berkarya dan membangun eksistensinya. Selain itu juga untuk memberikan penghargaan sebagai ungkapan terimakasih atas dedikasi dan loyalitas seniman dan juru pelihara terhadap pelestarian dan pengembangan seni khususnya di Jawa Timur. “Ini juga untuk meringankan beban seniman dan juru pelihara yang terdampak pendemi covid-19. untuk pendataan penerima diserahkan kepada dinas kabupaten/kota,” katanya.
Editor : Arif Ardliyanto