Dalam kabinet pertama yang dibentuk oleh Presiden Soekarno pada bulan September 1945, KH Abdul Wahid Hasyim diangkat menjadi Menteri Negara. Hal serupa juga terjadi dalam Kabinet Syahrir pada tahun 1946. Pada tahun yang sama, saat Konstituante Nasional Indonesia Pusat (KNIP) didirikan, KH Abdul Wahid Hasyim menjadi salah satu anggotanya yang mewakili Masyumi dan kemudian naik pangkat menjadi anggota Badan Pekerja KNIP.
Karier politik KH Wahid Hasyim di panggung nasional terus meroket. Walaupun masih muda, ia memegang beberapa posisi penting. Salah satunya adalah saat Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Dia termasuk salah satu anggota termuda di antara 62 orang yang ada, bersama Bintoro. Saat itu, usia KH Wahid Hasyim 33 tahun, sedangkan Bintoro berusia 27 tahun. KH Wahid Hasyim juga terlibat dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Dengan kecerdasan intelektual dan kemampuan organisasi yang luar biasa, KH Wahid Hasyim menduduki posisi Menteri Agama dalam tiga kabinet berbeda, yaitu Kabinet M Hatta, M Natsir, dan Kabinet Sukiman.
Sayangnya, KH Wahid Hasyim meninggal pada tanggal 19 April 1953 di usia 39 tahun akibat kecelakaan mobil di Kota Cimahi, Jawa Barat. Berkat kontribusinya terhadap bangsa dan negara, dia diangkat menjadi Pahlawan Kemerdekaan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 206 tahun 1964, tanggal 24 Agustus 1964. Namanya juga diabadikan sebagai nama salah satu jalan di Jakarta Pusat.
Sumber: Biografi singkat KH Abdul Wahid Hasyim diambil dari Buku "99 Kiai Kharismatik Indonesia" oleh Kiai A. Aziz Masyhuri, diterbitkan oleh Kutub, Yogyakarta.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta