Sementara untuk kategori non-bangunan, Dedik menyatakan bahwa data DPKP Surabaya mencatat, peristiwa kebakaran itu terdiri dari alang-alang 106 kali, sampah 65 kali dan lain-lain 73 kali.
"Untuk gedung saat ini, (penyebab kebakaran) masih konsleting listrik. Kalau lahan terbuka, biasanya info dari masyarakat ada yang bakar sampah tetapi ditinggal pergi terus merambat ke alang-alang," ungkap dia.
Dedik juga menyebutkan bahwa alang-alang saat ini masih mendominasi kejadian kebakaran di Kota Surabaya. Dimana angka terjadinya kebakaran alang-alang mencapai 106 kali peristiwa. "Yang sering kejadian lahan terbuka yang terbakar," jelasnya.
Ditarik Parkir Liar hingga Adanya Kebakaran, Segera Hubungi 112. Foto iNewsSurabaya/ist
Mantan Kepala Bagian Pemerintahan dan Otonomi Daerah Kota Surabaya ini lantas mengungkap kendala penanganan kebakaran yang selama ini dialami jajarannya. Salah satunya adalah kendala ketika akan menuju akses ke lokasi titik api.
"Kalau lahan terbuka aksesnya susah, ada juga yang terhalang tembok. Tetapi cara memadamkannya kalau (api) belum luas, masih bisa mudah, tetapi kalau sudah luas kami ngoyo (ekstra)," sebutnya.
Dedik menambahkan bahwa kebakaran di lokasi lahan terbuka, juga sering mengakibatkan selang air DPKP mengalami kerusakan. Sebab, selang biasanya akan tersangkut ranting hingga menyebabkan robek. "Kalau masuk ke tengah ranting, yang sering itu nyangkut ke selang terus robek," ujarnya.
Sementara untuk kejadian kebakaran di gedung, Dedik menyatakan, jika kendala yang dialami petugas DPKP Surabaya biasanya adalah terkait akses jalan. Dimana ketika terjadi kebakaran, lokasi titik api berada di gang sempit.
"Kalau gedung tergantung pada situasinya. Kalau di gang sempit, aksesnya susah, harus sampai gelar enam sambungan selang, delapan selang," pungkas dia.
Editor : Arif Ardliyanto