TUBAN, iNewsSurabaya.id - Perhatian kampus terhadap perkembangan UMKM terus dilakukan secara serius. Salah satu kampus yang konsisten melakukan pendampingan UMKM adalah Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS).
Kampus tersebut telah menurunkan tim dosennya ke Tuban, Jawa Timur. Mereka melakukan pembinaan dan pendampingan UMKM Madu Mongso Arummanis. Dosen-dosen tersebut berasal dari Jurusan Teknik Informatika ITATS.
"Kami melakukan pelatihan dan strategi daya saing UMKM Madumongso Arummanis Tuban melalui program kemitraan masyarakat Ristek Dikti," kata Dr. Tutuk Indriyani, S.T., M. Kom dosen ITATS yang didampingi Muchamad Kurniawan , S.Kom ., M.Kom dan Christin Mardiana, ST., M.Sn.
Ia mengungkapkan, UMKM Madumongso Arummanis Tuban merupakan milik Rini warga Tuban. UMKM ini mengolah dan menjual kue Madumongso. Sementara UMKM ini berdiri sejak tahun 2018 yang memiliki 2 pegawai tetap dan 3 pegawai tidak tetap, omzet yang diperoleh rata-rata perbulan sekitar Rp5 juta sampai 10 juta.
Namun jumlah omzet ini mengalami kenaikan saat bukan Ramadan datang. Tercatat, omzet yang diperoleh mencapai Rp30 juta. "Kalau hari biasa omzetnya sebesar Rp5-Rp10 juta, kalau Ramadan menjelang lebaran bisa sampai Rp30 juta," ungkapnya.
Meski demikian, ungkap Tutuk Indriyani, ada permasalahan yang ditemukan tim ITATS, tercatat ada empat aspek masalahnya. Pertama dari segi aspek produksi dimana produksi masih dilakukan secara konvensional, dibuktikan dengan peralatan yang digunakan masih sederhana khususnya alat pengaduk adonan Madu Mongso masih menggunakan wajan besar ukuran 10 kg dan diaduk dengan tenaga manusia.
Kedua dari segi pemasaran yang belum mempunyai SDM khusus dalam menangani pemasaran dan penjualannya, dan areanya hanya sekitar kota Tuban.
Ketiga dari aspek manajemen keuangan, untuk pencatatan keuangan tidak terdokumentasi dan tidak tersistem dengan baik.
Keempat dari segi produk, kemasan produk hanya dari plastik mika sehingga untuk produknya kurang menarik dan kurang aman. Apalagi masa kadaluarsanya lebih pendek karena masih ada udara yang masuk.
"Kita carikan solusi atas masalah-masalah yang muncul pada UMKM tersebut," bener dia.
Tutuk Indriyani menegaskan, dengan adanya masalah tersebut, ada empat penyelesaian yang bisa dilakukan. Pertama akan membelikan peralatan tempat mengaduk adonan Madu Mongso yang proses mengaduknya secara otomatis atau teknologi cerdas, tidak dengan tenaga manusia.
Dosen ITATS Dampingi UMKM Madu Mongso Tuban Kembangkan Usaha Lebih Modern. Foto iNewsSurabaya/ist
Kedua membuatkan dan memberikan pelatihan tentang Internet marketing atau pemasaran cerdas.
Ketiga membuatkan aplikasi dan memberikan pelatihan untuk mengetahui cash flow keuangan dan omzet dilengkapi informasi penjualan dan stok bahan baku.
Dan, Keempat memberikan pelatihan desain kemasan dan cara mengemas produk menggunakan toples, keranjang, dan baki plastic, Sehingga memiliki nilai jual yang tinggi dan masa kadaluarsa lebih lama sampai satu tahun.
"Ada empat teknologi yang diaplikasikan peneliti ke mitra," ucap Tutuk.
Tutuk mengatakan, ada empat teknologi yang diaplikasikan untuk UMKM sebagai Mitra. Pertama teknologi yang dimaksud adalah Alat pengaduk madumongso. Alat pengaduk ini diharapkan dapat membantu UMKM milik Rini dalam memproduksi madumongso minimal 20%.Teknologi yang Kedua adalah design kemasan produk madumongso minimal ada peningkatan harga produk 10% dari harga sebelumnya.
Teknologi Ketiga adalah Pembuatan Media Sosial dan media pemasatran Produk madumongso UMKM Ibu Rini minimal ada 25% peningkatan penjualannya.
Teknologi Keempat adalah Manajemen Keuangan Berbasikan Teknologi Digital. Dengan teknologi ini diharapkan Mitra dapat mengatur keuangan dengan menggunakan aplikasi digital.
"Pendampingan pada UMKM ini bisa meningkatkan ketrampilan mitra dalam proses promosi produk, dan penjualan produk dengan dukungan teknologi cerdas, targetnya adalah produk mitra dapat dikenal di seluruh Nusantara dan diharapkan dapat meningkatkan penjualan sampai 30%," ujarnya.
Editor : Arif Ardliyanto