SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Keputusan Ki Ageng Pengging untuk menolak undangan pengukuhan Trenggono sebagai Sultan Demak Bintoro menciptakan ketegangan dalam penguasaan tanah Jawa. Meski dianggap cucu raja besar, Pengging lebih memilih hidup sederhana sebagai seorang petani setelah melepaskan gelar kebangsawanan.
Tiga kali menolak datang ke Demak, Pengging dianggap memberontak oleh penguasa Demak. Namun, apa yang tidak dipahami penguasa adalah bahwa Pengging telah memutuskan menjauhi kekuasaan dan menjalani kehidupan seorang santri.
Sebagai murid ulama kontroversial Syekh Siti Jenar, Pengging memiliki perjalanan hidup yang unik. Meskipun cucu dari Raja Majapahit terakhir, ia memilih hidup sederhana, bercocok tanam, dan menjauhi konflik politik.
Meski dihadapkan pada risiko hukuman mati karena menolak undangan raja, Pengging tetap teguh pada keputusannya. Dalam percakapan dengan Sunan Kudus, ia bahkan meminta agar hukuman itu dilaksanakan sesuai kesepakatan awal.
Puncak dramatis terjadi saat eksekusi, di mana Pengging menunjukkan pemahaman uniknya tentang hidup dan mati. Dengan senyuman, ia mengizinkan Sunan Kudus menusukkan keris ke tubuhnya, mengakhiri hidupnya dengan keanggunan yang luar biasa.
Editor : Arif Ardliyanto