Shodiq menegaskan aksi ini sebagai bentuk kekecewaan. Hal itu dilihat dari visi misi dan slogan ‘Trenggalek Meroket’ saat kampanye dulu belum tercapai.
“Yang kami kritisi dari sektor pendidikan, pertanian, infrastruktur, pelayanan, dan pariwisata. Paling urgen adalah terkait pelayanan kesehatan yang kami lihat fasilitas ruang tunggu kurang sehingga banyak penunggu atau pasien terlantar di RSUD dr. Soedomo,” kata Shodiq.
Shodiq menyebut untuk sektor pendidikan, masyarakat Trenggalek melihat ada kesenjangan fasilitas pendidikan yang terlihat di wilayah pelosok dan sekolah favorit. Kemudian, petani menjerit dengan pupuk yang masih jauh dari jangkauan memihak rakyat kecil.
“Kemudian infrastruktur jalan, mulai dari penerangan dan banyak jalan berlubang. Ini sebagai warning untuk Bupati Trenggalek perbaiki dan peringatan bagi penerusnya periode ke depan,” tegas Shodiq.
GMNI Trenggalek menilai program kerja Bupati Trenggalek saat ini jauh dari ekspektasi. Pasalnya, tercatat baru 60 persen program yang dijalankan dan selebihnya adalah janji manis saat kampanye Pilkada 2020.
“Kalau slogan Trenggalek Meroket melihat apa yang terjadi saat ini hanya kata bualan semata. Aksi hari ini sebagai bentuk evaluasi pemerintah daerah agar tidak buta dan tuli mendengar keluh kesah rakyat,” tambahnya.
Sementara GMNI Trenggalek merasa kecewa dengan insiden di sektor pariwisata. Sebab, di tahun 2023 ada beberapa peristiwa bernyawa salah satunya insiden 3 bocah tenggelam di kolam renang Tirta Jwalita Trenggalek.
“Sektor wisata soal Standar Operasional Prosedur dari historis kejadian korban nyawa hal ini jadi tanggung jawab penuh pemerintah daerah, tidak seperti yang kita harapkan soal 3 bocah tenggelam di kolam renang itu karena kurang SOP,” tandasnya.
Editor : Arif Ardliyanto