Ia melanjutkan, pihaknya mengapresiasi upaya pemerintah untuk menjaga iklim usaha dan investasi yang kondusif serta terprediksi di Indonesia, termasuk kebijakan yang mendorong kinerja sektor padat karya SKT.
“Upaya ini secara langsung berdampak positif pada penciptaan lapangan kerja di sektor formal dan perputaran ekonomi daerah yang selanjutnya turut meningkatkan perekonomian nasional,” ungkapnya.
Sampoerna sendiri telah melaporkan rencana ini kepada Kepala Daerah dan dinas terkait setempat.
“Kami mengucapkan terima kasih atas sambutan positif serta dukungan pemerintah daerah terhadap rencana kami untuk menambah serapan tenaga kerja di Kota Blitar dan Kabupaten Tegal. Kami berharap dukungan pemerintah daerah maupun pusat terus berlanjut dalam bentuk kebijakan yang mendukung sektor industri padat karya SKT,” ucap Vassilis.
Saat ini, katanya, Sampoerna mengoperasikan 4 fasilitas produksi SKT di Surabaya, Malang, dan Probolinggo; 2 fasilitas produksi sigaret mesin di Pasuruan dan Karawang; serta 1 fasilitas produksi produk tembakau inovatif bebas asap di Karawang. Selain itu, Sampoerna juga bermitra dengan 38 Mitra Produksi Sigaret (MPS) yang tersebar di 28 Kabupaten/Kota di Pulau Jawa.
MPS dimiliki dan dioperasikan oleh pengusaha daerah dan/atau koperasi setempat untuk memproduksi merek-merek SKT Sampoerna. Total tenaga kerja Sampoerna saat ini mencapai lebih dari 76.000 orang, secara langsung dan tidak langsung, di mana sekitar 90% di antaranya adalah pekerja fasilitas produksi SKT.
Selain pembukaan fasilitas produksi SKT Sampoerna di Kota Blitar dan Kabupaten Tegal, juga akan terjadi penambahan serapan puluhan ribu tenaga kerja baru yang dilakukan oleh MPS di provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Barat, serta penambahan 5 MPS baru yang akan berlokasi di Jawa Timur dan Jawa Tengah di Semester 1 2024.
“Pada tahun 2024, mitra kami dalam memproduksi SKT Sampoerna akan menjadi 43 MPS yang tersebar di di Pulau Jawa. Penambahan fasilitas produksi Sampoerna maupun MPS tidak saja akan menambah kemitraan dengan pengusaha daerah/koperasi setempat serta total serapan tenaga kerja, namun juga akan meningkatkan penyerapan bahan baku tembakau dan cengkih dari petani Indonesia. Seperti diketahui, penggunaan bahan baku rokok buatan tangan membutuhkan dua kali lebih banyak tembakau dan cengkih dibandingkan rokok buatan mesin,” jelas Vassilis.
Ia melanjutkan, kelangsungan industri tembakau nasional bergantung pada kerangka kerja yang terprediksi, meliputi kebijakan cukai, regulasi produk tembakau, serta kebijakan lain yang yang berperan penting dalam mendorong inovasi dan teknologi, berdasarkan sains untuk menawarkan alternatif produk tembakau yang lebih baik bagi perokok dewasa.
Hal ini akan berdampak langsung terhadap produsen, serapan tenaga kerja, penggunaan bahan baku tembakau dan cengkih, dan keseluruhan rantai nilai sehingga menciptakan nilai ekonomi di tingkat daerah dan nasional.
“Kami berharap penambahan puluhan ribu karyawan ini, yang dilakukan melalui pembukaan pabrik Sampoerna di Kota Blitar dan Kabupaten Tegal, penambahan 5 MPS baru, serta penambahan karyawan pada MPS yang telah ada sebelumnya, akan meningkatkan serapan tenaga kerja di sektor formal dan berkontribusi pada ekonomi daerah dan nasional. Inilah salah satu wujud komitmen Sampoerna untuk ekosistem rantai nilai yang lebih luas,” kata Vassilis optimistis.
Ketua DPP Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Timur, Eddy Widjanarko menuturkan, pihaknya bersyukur dan menyambut baik atas pengumuman penyerapan puluhan ribu tenaga kerja baru di segmen SKT oleh PT HM Sampoerna Tbk di berbagai provinsi, termasuk Jawa Timur.
“Tentunya hal ini merupakan kabar baik bagi pertumbuhan perekonomian di daerah,” jelasnya.
Editor : Arif Ardliyanto