SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Sejumlah pengungsi internasional yang ditempatkan di rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di Puspa Agro, Desa Jemundo, Sidoarjo merusak kantor manajemen Apartemen Sederhana (Aparna) akibat pemadaman listrik. Fasilitas tersebut diduga dirusak oleh pengungsi dari Afghanistan yang berjumlah sekitar 18 sampai 20 orang.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Jawa Timur (Jatim), Eddy Supriyanto mengatakan, pemadaman dilakukan oleh PLN karena tegangan listrik di rusunawa naik turun. Hal itu memicu kemarahan pengungsi dari Afghanistan yang berujung pada pengrusakan fasilitas di rusunawa. "Itu (yang melakukan pengrusakan) imigran dari Afghanistan. Jumlah sebanyak 18 sampai 20 orang dan sudah diproses pihak kepolisian," katanya, Rabu (13/12/2023).
Eddy menampik bahwa, yang melakukan pengrusakan adalah pengungsi dari Rohingya seperti yang viral di media sosial. Di rusunawan Jemundo, ada sebanyak enam orang pengungsi dari Rohingya dan mereka dalam waktu dekat akan segera ke negara ketiga. Antara lain, Kanada dan Selandia Baru. "Saya tidak tahu sejak kapan mereka (pengungsi Rohingya) tinggal di rusunawa," imbuh Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jatim ini.
Terkait kerusakan rusunawa, Eddy mengungkapkan, akan diperbaiki oleh The United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) atau Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi. Pengungsi di rusunawa, kata dia, selama ini dibawah kendali langsung UNHCR dan juga Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI. "Mereka (pengungsi) itu titipan dari UNHCR dan statusnya menyewa rusunawa untuk tinggal. Semua dibiayai oleh UNHCR. Mereka juga dapat uang makan bulanan dari UNHCR sebesar Rp1,2 juta per bulan," tandas Eddy.
Editor : Arif Ardliyanto