get app
inews
Aa Read Next : 23 Mahasiswa Petra Christian University Surabaya Raih Beasiswa Belajar ke 13 Negara Berbeda

Cerita Pandu Wiguno, Mahasiswa Petra Christian University yang Mengabdi dari Lombok hingga Papua

Kamis, 25 April 2024 | 11:04 WIB
header img
Pandu saat menjadi relawan di desa Bagek Dadaq, Lombok. Foto/Dok PCU

SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Pandu Wiguno Tresno, mahasiswa yang kini tengah menempuh pendidikan di Elementary Teacher Education atau PGSD PCU (Petra Christian University) memiliki cerita menarik. Mahasiswa angkatan 2017 itu sudah mengabdikan diri dalam dunia pendidikan dari Lombok hingga Papua.

Memiliki cita-cita sejak di bangku SMA, Pandu melewati beragam rangkaian proses pembelajaran hingga kegiatan kemahasiswaan yang tidak mudah. Semangat yang terus menyala dalam diri Pandu memberinya kekuatan untuk berkarya sebagai guru

Perjalanan pria yang hobi memasak ini sangat seru selama kuliah. Salah satunya kala itu dengan menjadi relawan pada bencana gempa bumi yang berlangsung di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, pada tahun 2018, tepatnya di Dusun Lenek. 

Selama seminggu, ia mengajar di kelas untuk anak-anak yang terdampak. Dalam sehari, ia harus mengajar di empat desa yang berbeda mulai pagi hingga sore. 

Tak hanya itu, Pandu juga ikut andil dalam melakukan pemulihan mental dan trauma anak-anak yang terdampak bencana ini. 

Di hari terakhir saat hendak meninggalkan desa, anak-anak yang menjadi muridnya melepas kepergian Pandu dengan penuh haru. Bahkan, mereka mengejar mobil yang ditumpanginya sambil melambaikan tangan sampai 500-meter jauhnya.  

Tiga tahun kemudian, di bulan Januari 2021, Pandu menjajaki panggilan barunya untuk melayani di Papua, Bumi Cendrawasih. OB Anggen School menjadi tempatnya berlabuh. 

Pemuda ini melayani di empat cabang sekolah tersebut yang berada di Kabupaten Tolikara hingga Mamberamo Tengah. Di sana, Pandu mengajar sekitar 300 anak-anak, para calon penerus bangsa, dan menghadapi tantangan demi tantangan.

“Bisa dibilang di sana hampir tak terjamah modernisasi. Tidak ada listrik dan tidak ada sinyal,” kata Pandu. 

Namun tekadnya untuk mencerdaskan anak-anak bangsa jauh lebih kuat. Dua tahun Pandu memberi terang di sana. Kini ia kembali ke Surabaya.

“Saya rindu untuk melayani anak-anak miskin di kota-kota besar, di mana mereka sering kali mendapatkan diskriminasi dari orang di sekitar mereka. Padahal anak-anak ini juga punya mimpi yang tak kalah tinggi. Saya rindu menjadi bagian dalam proses menggapai mimpi mereka,” ujar pria kelahiran tahun 1999 itu.

Editor : Ali Masduki

Follow Berita iNews Surabaya di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut