Sementara itu, kuantitas penjualan produk kertas Suparma selama tahun 2023 tumbuh 3,9% atau mencapai 220,4 ribu MT. Turunnya penjualan yang melebihi penurunan beban pokok penjualan menyebabkan Suparma membukukan penurunan laba kotor sebesar 34,5%. Dari semula Rp718,8 miliar di tahun 2022 menjadi Rp470,6 miliar di tahun 2023.
“Sehingga marjin laba kotor tahun 2023 mengalami penurunan menjadi 17,7% dari semula 22,9% di tahun 2022,” ungkap Hendro.
Sepanjang tahun 2023, beban operasional yang terdiri dari beban penjualan dan beban umum dan administrasi mengalami kenaikan masing-masing sebesar 9,2% dan 16,0%.
Peningkatan ini akibat naiknya beban ekspor dan pengangkutan di beban penjualan sebesar 5,9%. Kemudian, meningkatnya gaji dan upah sebesar 9,3% di beban umum dan administrasi.
Kenaikan beban operasional tersebut menyebabkan laba sebelum taksiran beban pajak, laba tahun berjalan dan laba komprehensif tahun berjalan Suparma mengalami penurunan masing-masing menjadi sebesar Rp237,8 miliar, Rp178,7 miliar dan Rp173,1 miliar atau masing-masing menurun 44,9%, 46,8% dan 47,7%.
Disisi lain, perseroan mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar USD10 juta untuk pembelian Steam Boiler baru yang lebih ramah lingkungan dibandingan Steam Boiler yang sudah ada.
Steam Boiler baru tersebut akan meningkatkan kapasitas keluaran steam yang digunakan untuk proses pengeringan kertas sebesar 16%. Dari semula 155 ton/hari menjadi 180 ton/hari.
Steam Boiler yang baru lebih ramah lingkungan karerna ditunjang dengan spesifikasi penggunaan bahan baku batu bara sebesar 25% atau sekitar 60% lebih rendah dibandingkan yang sudah ada. Sisanya memanfaatkan limbah plastik dan limbah kayu untuk diubah menjadi energi panas.
“Hingga Mei 2024, realisasi anggaran tersebut telah mencapai USD7,1 juta dan diperkirakan Steam Boiler baru tersebut akan beroperasi di triwulan IV tahun ini,” pungkas Hendro.
Editor : Arif Ardliyanto