Eri Cahyadi berharap tahun 2024 menjadi tahun terakhir untuk penyelenggaraan isbat nikah massal. Ia ingin di tahun mendatang, peserta yang mengikuti nikah massal adalah pasangan baru yang ingin menikah tapi terkendala masalah ekonomi.
"Harapannya tahun ini kita menertibkan isbat nikah. Tahun depan yang mengikuti adalah pasangan baru yang ingin menikah tapi terkendala kebutuhan ekonomi. Kami siap membantu," jelasnya.
Proses pendaftaran peserta isbat nikah tahun 2024 dilakukan melalui kelurahan masing-masing, baik hasil survei maupun pengajuan mandiri dari pasangan yang belum meresmikan pernikahan mereka.
Kepala Dispendukcapil Kota Surabaya, Eddy Christijanto, mengungkapkan adanya peningkatan peserta isbat nikah tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya. "Di tahun 2023 ada 225 pasangan, dan tahun 2024 ini meningkat menjadi 330 pasangan," kata Eddy. Ia juga menjelaskan bahwa isbat nikah dilaksanakan mulai pukul 08.00 hingga 11.30 di Gedung Siola oleh hakim Pengadilan Agama.
Setelah resmi menjadi pasangan suami istri, Kantor Urusan Agama (KUA) akan menerbitkan buku nikah, sementara Dispendukcapil akan mengurus administrasi kependudukan seperti akta kelahiran dan Kartu Keluarga (KK) bagi yang sudah memiliki anak.
Peserta tertua dalam isbat nikah tahun ini adalah seorang pria berusia 70 tahun dan istrinya berusia 64 tahun. Semua peserta juga menerima kado berupa peralatan rumah tangga dari Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi.
Ayos Sudarmo (50) dan Yayuk Susilowati (39), salah satu pasangan peserta, menyampaikan rasa syukur dan bahagianya. "Setelah menikah secara agama sejak tahun 2001, akhirnya kami bisa melegalkan pernikahan ini secara negara. Hati kami jadi lebih tenang dan proses mengurus surat pun kini lebih mudah," ujar Ayos dengan penuh senyuman.
Editor : Arif Ardliyanto