Adanya konflik internal tersebut, Rusia yang melihat adanya kesempatan mengirimkan pasukan bayangannya untuk mencakup wilayah Crimea.
Namun ada sumber-sumber yang menyatakan bahwa masyarakat Crimea sendirilah yang meminta pemerintah Kremlin untuk ikut bergabung untuk menyelesaikan konflik internal Ukraina.
Kepentingan Rusia di wilayah Crimea yang letak geografisnya sangat strategis membuat Rusia memanfaatkan krisis ini karena Rusia ingin memperkuat pengaruh militernya di Eropa Timur dan Timur Tengah seperti pada masa Uni Soviet dulu.
Ikut campurnya Rusia dipermasalahan Ukrina tentu mendapatkan kecaman dari berbagai pihak khususnya Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Krisis Ukraina akhirnya meningkat menjadi krisis internasional yang membuat hubungan hubungan Uni Eropa dan Amerika Seikat dengan Rusia menjadi semakin panas.
Sejak tanggal 17 Maret 2021 sanksi dilakukan oleh negara-negara barat kepada Rusia, baik dari ekonomi, perdagangan maupun tokoh-tokoh penting Rusia.
Tujuan dilakukan sanksi ini adalah mengancam faktor ekonomi Rusia untuk mundur dari intervensi Ukraina. Namun bukannya mengalah sesuai dengan harapan barat, pemerintah Rusia dan Oligarki nya malah bersatu dan menolak tunduk terhadap pihak barat.
Pada tanggal 18 Maret 2021 Parlemen Rusia malah sepakat untuk menentang agar nama-nama anggota parlemen yang belum dimasukkan kedalam sanksi ini ikut dimasukkan sebagai solidaritas.
Rusia juga membalas dengan saknsinya yang ditentukan sendiri. Kondisi ini diperparah dengan munculnya pergerakan separatis di Donbass yang merebut Kota Luhansk dan Donetsk.
Melihat hal ini pihak militer Ukraina tidak tinggal diam, mereka berusaha merebut kembali wilayah yang dikuasai oleh separatis.
Kondisi semakin buruk bagi para separatis karenanya diam-diam militer Rusia ikut bergabung dengan mengirim tentara bayaran untuk mendukung dan memperkuat barisan separatis hingga menimbulkan pertempuran sengit selama berbulan-bulan.
Editor : Ali Masduki