Forum diskusi tersebut, cukup aktif dan bergengsi kala itu, ia sempat mondar-mandir keliling kampus untuk memimpin diskusi dan kajian. Anggotanya juga di dominasi oleh serikat mahasiswa pergerakan, mulai dari PMII, HMI, GMNI, dan organisasi mahasiswa lainnya.
Kelincahannya membuat forum diskusi membuatnya dikenal sebagai sosok yang tak pelit ilmu, hingga banyak yang memintanya untuk memimpin diskusi setiap kali ada seminar ataupun diskusi sederhana di warung kopi.
"Dari situ akhirnya diangkat menjadi kordinator pusat FLLMI (Forum Lembaga Legislatif Mahasiswa Indonesia)," jelas Azam.
Azam juga dikenal arogan saat masih di kampus. Lulusan S1 Jurusan Kependidikan Islam (KI) tersebut dikenal bolak-balik menjadi tukang gembok fakultas hingga rektorat. Ia hampir tak punya maaf kepada kebijakan-kebijakan yang berstigma tak wajar.
Sikap arogan tersebut berlatar pada pemikiran kritis dan juga keresahan yang dialami para mahasiswa kala itu. Ia bercerita jika, demonstrasi hingga gembok-gembok kampus hal yang biasa kala itu.
Aksi tersebut bukan tanpa alasan. Menggembok kampus adalah bentuk sikap kritis-nya bersama PMII kala itu. Tujuannya untuk mendesak dekan dan rektor segera memberikan hak dan kelayakan belajar bagi seluruh mahasiswa.
"Ada kalanya dosen itu jarang masuk ke kelas, proyektor habis, belum lagi kebijakan kampus yang memungut biaya-biaya tambahan tapi tidak ada programnya," ucap Azam.
"Sempat ada waktu itu, pembayaran uang tambahan SPP yang tidak jalan, awalnya SPP Rp 600 (ribu) jadi Rp 900 (ribu), yang 300 dialokasikan pada program pembinaan ke mahasiswa sejak Tahun 2009, 2010, 2011). Tiga tahun nggak jalan, Tahun 2011 kita demo, akhirnya program itu terlaksana di tahun 2011," jelasnya.
Menjadi seorang politisi dari Partai PKB telah ia jalani sejak lulus pada 2013. Kini, ia sukses sebagai legislator di DPRD Jatim. Sebagai seorang politisi, Azam nyaris hanya bermodalkan tekad dan kemampuannya di bidang legislatif semasa di kampus.
Bisa dibilang, modalnya cukup 'cekak', pas-pasan, alias bondo nekat secara materi. Modal cekak secara finansial tak menggoyahkan tekadnya menjadi seorang legislator. Akal cerdiknya memompa semangat, sisi lainnya, Azam memiliki modal sosial yang kuat di tanah kelahirannya.
"Ya door to door, dan itu merata, hampir semua konstituen itu pernah tak masukin rumahnya," ucap Azam.
Seringkali membantu warga sekitar membuatnya di percaya secara penuh bisa membawa aspirasi warga Pasuruan-Probolinggo. Terbukti, Azam meraih suara cukup besar, 86.734 suara, dan paling muda di dapil tersebut.
Azam terhitung, mendaftarkan diri sebagai legislator untuk kedua kalinya. Pertama pada 2019 di lingkup kabupaten Pasuruan, dan gagal. Kegagalannya saat itu ia prediksi karena kurang total bertemu warga. Yang kedua pada 2024 ini, ia mendaftar ke wilayah yang lebih luas, yakni dapil Pasuruan-Probolinggo.
Azam tumbuh besar sebagai seorang santri di Ponpes Sabilut Taubah, Kabupaten Pasuruan. Lulus dari SD Muhammadiyah Kabupaten Pasuruan pada 2002, Mts Negeri Kota Pasuruan pada 2005, kemudian lulus SMA 4 Kota Pasuruan 2008, S1 Jurusan Kependidikan Islam (KI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sunan Ampel Tahun 2013, dan S2 Pendidikan Islam di kampus yang sama pada 2017.
Editor : Arif Ardliyanto