Surabaya Raih Sertifikat SNI Ruang Bermain Ramah Anak, Tapi Masih Dihantui Kasus Pencabulan

SURABAYA, iNEWSSURABAYA.ID – Kota Surabaya semakin mengukuhkan diri sebagai kota layak anak dengan mengantongi sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI) 9169:2023 untuk Ruang Bermain Ramah Anak (RBRA). Dua taman, yakni Taman Flora dan Taman Cahaya, resmi tersertifikasi setelah melalui proses penilaian ketat. Namun, di balik klaim ini, masih ada pekerjaan rumah besar yakni maraknya kasus pencabulan anak yang belum tertangani secara optimal.
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus mengembangkan berbagai fasilitas ramah anak. Sertifikasi ini diberikan oleh PT Global Inspeksi Sertifikasi kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, menjadikan Surabaya sebagai kota pertama di Indonesia yang mendapatkan pengakuan SNI untuk ruang bermain anak.
“Kota Surabaya termasuk yang pertama kali mendapatkan SNI untuk RBRA se-Indonesia. Awalnya kami mengajukan ke Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) RI, lalu diarahkan untuk mendaftarkan SNI,” ungkap Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati DLH, Myrna Augusta Aditya Dewi, Senin (17/2/2025).
Penilaian dilakukan sejak Oktober 2024, mencakup tahapan administrasi hingga peninjauan lapangan. DLH memastikan bahwa standar RBRA terpenuhi, termasuk aspek kenyamanan, keamanan, ruang bermain, serta manajemen yang berjalan dengan baik.
Myrna menjelaskan bahwa taman-taman ini telah memenuhi berbagai kriteria ketat, seperti tidak adanya sudut tajam pada permainan, fasilitas bebas karat, serta penggunaan rumput sintetis sebagai alas bermain. Selain itu, permainan tradisional menjadi salah satu nilai tambah dari taman-taman tersebut.
“Sertifikat ini menegaskan bahwa taman bisa diakses anak-anak dengan aman dan nyaman. Semua fasilitas, mulai dari plaza hingga lapangan bermain, sudah sesuai standar kenyamanan dan keamanan,” tambahnya.
Namun, di balik pencapaian ini, masih ada kekhawatiran besar terkait maraknya kasus pencabulan di Surabaya. Klaim sebagai kota layak anak justru mendapat kritik tajam dari berbagai pihak, salah satunya Prof. Dr. Moh. Mukhrojin.
Editor : Arif Ardliyanto