get app
inews
Aa Text
Read Next : Anak Putus Sekolah Jadi Prioritas Pemprov Jatim, Begini Kebijakan Gubernur Khofifah Terbaru

Dukung Swasembada Pangan, Jatim Optimalkan 488.379 Hektar Lahan Kurang Produktif

Sabtu, 15 Maret 2025 | 02:04 WIB
header img
Gubernur Khofifah dan Agus Harimurti Yudhoyono, ketika Rapat Koordinasi (Rakor) Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur di Gedung Negara Grahadi, Surabaya. Foto/Humas Prov Jatim

SURABAYA – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, memimpin Rapat Koordinasi (Rakor) Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur di Gedung Negara Grahadi, Surabaya. Rakor ini turut dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan RI, Agus Harimurti Yudhoyono, serta Menteri Koordinator Bidang Pangan RI, Zulkifli Hasan.

Gubernur Khofifah menyampaikan optimisme bahwa Jawa Timur akan mampu mempertahankan posisinya sebagai produsen padi tertinggi nasional pada tahun 2025. Bahkan, ia menargetkan peningkatan produksi padi dengan total Gabah Kering Panen (GKP) mencapai 12,6 juta ton, sesuai dengan target yang ditetapkan pemerintah pusat.

Optimisme ini didukung oleh potensi optimalisasi 488.379 hektar lahan kurang produktif di Jatim, yang diharapkan dapat terairi dengan baik melalui dukungan infrastruktur irigasi yang memadai.

“Kami optimis dapat mencapai target peningkatan GKP sebanyak 12,7 juta ton jika lahan kurang produktif seluas 488.379 hektar ini dapat dioptimalkan dan terairi dengan baik,” ujar Khofifah.

Khofifah mengungkapkan bahwa Jawa Timur telah konsisten menjadi provinsi penghasil beras tertinggi di Indonesia selama lima tahun berturut-turut. 

Pada tahun 2020, Jatim memproduksi padi sebesar 9,94 juta ton GKP (setara dengan 5,74 juta ton beras), tahun 2021 sebesar 9,79 juta ton GKP (setara dengan 5,65 juta ton beras), tahun 2022 sebesar 9,53 juta ton GKP (setara dengan 5,5 juta ton beras), dan tahun 2023 sebesar 9,71 juta ton GKP (setara dengan 5,61 juta ton beras).

Meski demikian, Khofifah menegaskan bahwa diperlukan upaya signifikan untuk mencapai target yang ditetapkan pemerintah pusat. 

“Ada beberapa hal yang perlu dilakukan assessment ulang untuk memaksimalkan potensi yang ada,” katanya.

Salah satu upaya yang ditekankan Khofifah adalah penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) yang tepat. Selama ini, proses panen oleh gabungan kelompok tani (gapoktan) masih dilakukan secara manual. 

Dengan bantuan combine harvester dan dryer, kehilangan hasil panen (loss) dapat dikurangi secara signifikan, sekaligus meningkatkan kualitas gabah menjadi premium.

“Ketika padi tidak dikeringkan dengan baik, kandungan airnya tinggi dan berakibat pada tingginya tingkat patahan (broken). Hal ini menyebabkan gabah yang seharusnya berkualitas premium menjadi medium,” jelas Khofifah.

Gubernur juga menyebutkan bahwa penggunaan combine harvester dan bed dryer dapat memaksimalkan hasil produksi GKP. Proses pengeringan yang optimal dapat mengurangi kehilangan hasil panen hingga 10 persen.

Selain beras, Jawa Timur juga menjadi produsen tertinggi nasional untuk komoditas lain seperti jagung, kedelai, bawang merah, cabai besar, dan cabai rawit. Khofifah memastikan bahwa ketersediaan komoditas-komoditas tersebut dalam kondisi aman, terutama menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).

“Proyeksi ketersediaan komoditas pangan selama Maret hingga April 2025 dalam kondisi aman. Beras, jagung, kedelai, bawang merah, cabai besar, dan cabai rawit semuanya dalam posisi surplus,” ujarnya.

Gubernur Khofifah juga menekankan pentingnya dukungan infrastruktur dalam mewujudkan ketahanan pangan. Ia berharap adanya dukungan dari Kementerian Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan untuk memperkuat sarana irigasi, bendungan, dan waduk di Jawa Timur.

“Dukungan infrastruktur sangat dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan swasembada pangan. Kami berharap adanya dukungan dari Kemenko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan untuk pembangunan irigasi dan infrastruktur air minum di wilayah-wilayah penopang produksi padi di Jatim,” kata Khofifah.

Menteri Koordinator Bidang Pangan RI, Zulkifli Hasan, memaparkan bahwa total produksi beras nasional dari Januari hingga April 2025 diperkirakan mencapai 13,95 juta ton. Sementara itu, total konsumsi beras pada periode yang sama diperkirakan sebesar 10,36 juta ton.

“Neraca produksi dan konsumsi beras pada Januari-April 2025 menunjukkan surplus sebesar 3,59 juta ton, lebih tinggi 2,79 juta ton atau 348,75 persen dibanding periode yang sama di tahun 2024,” ujar Zulkifli.

Zulkifli juga menegaskan mengenai pentingnya penerapan prinsip clean and clear government dalam mencapai target swasembada pangan. Ia meminta para bupati untuk memantau langsung kondisi di lapangan dan mengoordinasikan perkembangan yang terjadi.

“Saya minta para bupati untuk menjadi mandor, memanfaatkan aparat di kecamatan dan desa, serta mengundang mereka untuk koordinasi di pendopo,” pesannya.

Sementara itu Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menyatakan komitmennya untuk mendukung swasembada pangan melalui optimalisasi infrastruktur irigasi.

“Orkestrasi infrastruktur dan pembangunan kewilayahan menjadi modal penting dalam mendukung pembangunan di daerah. Kami siap mengoptimalkan saluran irigasi untuk mendukung ketahanan pangan,” ujar AHY.

Beberapa proyek infrastruktur yang menjadi fokus antara lain Bendungan Bagong di Kabupaten Trenggalek dan Bendungan Karangnongko di Kabupaten Bojonegoro.

Rakor Ketahanan Pangan ini dihadiri oleh Wakil Gubernur Jawa Timur, Sekretaris Daerah Provinsi Jatim, bupati/walikota se-Jawa Timur, serta sejumlah kepala perangkat daerah di lingkungan Pemprov Jatim. Turut hadir pula Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota, Kepala Bappeda Kabupaten/Kota se-Jawa Timur, dan Kepala BPS Jatim.

Editor : Ali Masduki

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut