get app
inews
Aa Text
Read Next : Penasihat Hukum Ajukan Restitusi Rp250 Juta untuk Korban Pencabulan di Surabaya

Wagub Emil Soroti Stigma yang Bikin Perempuan Korban Kekerasan Enggan Melapor

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:08 WIB
header img
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak. Foto : Surabaya.iNews.id/Lukman Hakim.

SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Wakil Gubernur Jawa Timur (Jatim) Emil Elestianto Dardak mengungkapkan bahwa kasus kekerasan terhadap perempuan di Jawa Timur masih tergolong tinggi. 

Ia menilai, banyak korban enggan melapor karena khawatir mendapat stigma negatif dan justru disalahkan oleh lingkungan sekitar. “Rata-rata perempuan yang mengalami kekerasan atau tekanan itu justru khawatir akan stigma, takut disalahkan. Ini yang membuat mereka memilih diam,” ujar Emil, Rabu (24/12/2025).

Untuk menjawab persoalan tersebut, Emil menyebut Pemprov Jatim melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan (DP3AK) telah meluncurkan inovasi layanan Lapor Pak sejak sekitar dua tahun lalu. Program ini dirancang sebagai solusi holistik bagi korban kekerasan.

“Jadi bukan sekadar melapor lalu kasusnya diekspos dan korban dibiarkan menghadapi lingkungannya sendiri. Ada shelter, ada perlindungan menyeluruh dari pemerintah sampai mereka bisa bangkit kembali,” jelasnya.

Menurut Emil, kehadiran shelter atau safe house menjadi pintu aman bagi perempuan korban kekerasan yang tidak bisa kembali ke lingkungan asalnya. Ia menegaskan, negara harus hadir memberi ruang yang terbuka agar korban merasa aman dan berani bersuara.

“Yang paling tragis itu kalau sudah punya masalah di rumah tangga, tapi untuk pulang pun segan. Lalu mau ke mana? Di sinilah pemerintah harus menyediakan pintu yang paling terbuka agar mereka merasa tenang dan berani speak up,” tegasnya.

Emil menambahkan, upaya perlindungan ini juga bertujuan menyemangati kaum perempuan agar tidak takut melaporkan kekerasan yang dialami. Namun di sisi lain, penanganan akar persoalan juga harus dilakukan secara serius.

Ia menilai, penyebab kekerasan terhadap perempuan tidak bisa disederhanakan hanya pada satu faktor, seperti ekonomi atau sosial semata.

“Yang terlihat di kasus itu adalah tindakannya, kekerasan fisik atau verbal. Tapi akar masalahnya sering kali campuran, bisa ekonomi, sosial, kultural, semuanya mix. Jadi tidak bisa digeneralisir,” paparnya.

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut