Sebagai hukuman, Sukaryadi harus melakukan saseng (bersila) selama satu minggu, di siang harinya ia harus melakukan bela diri menggunakan pedang kayu (kendo), dan bela diri menggunakan bayonet (juken jutsu). Sukaryadi tetap bungkam ketika ditanya siapa dua orang kawannya yang keluar bersamanya saat itu. Ia selalu mengatakan tidak tahu, bahkan mengatakan mungkin kedua orang tersebut berasal dari kesatuan lain.
Sosok Jenderal TNI (Purn) Soemitro Sastrodihardjo memiliki cerita unik dalam perjalanan karirnya. (Foto Boombastis)
Soemitro yang mengetahui hal tersebut pun merasa respek dan berutang budi kepada kawannya itu. Karena jika saat itu Sukaryadi menyebut nama Soemitro dan Ponidi, tentunya mereka bertiga akan dikeluarkan dan Soemitro pun tidak akan menjadi jenderal.
“Saya respek sama dia dan berutang budi. Umpama dia menyebut nama kita berdua (Ponidi dan saya), tentu kita bertiga akan dikeluarkan dan saya tidak akan jadi jenderal” ucap Soemitro.
Karir militer Soemitro ternyata cukup moncer bahkan melampaui petunjuk jailangkung yang menyebutnya hanya sampai berpangkat mayor. Soemitro berhasil menjadi jenderal dengan jabatan di berbagai posisi. Dari mulai Pangdam V Brawijaya, Pangdam VI/Mulawarman di Kalimantan, hingga Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib).
Editor : Arif Ardliyanto